Perokok Akut yang Berhenti Merokok Justru Berisiko Gendut, Kok Bisa?

Selasa, 28 September 2021 | 18:25 WIB
Perokok Akut yang Berhenti Merokok Justru Berisiko Gendut, Kok Bisa?
Ilustrasi merokok (freepik.com/ArthurHidden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang mengatakan berhenti merokok membuat gaya hidup perokok menjadi lebih sehat. Tapi sebuah studi baru justru bertentangan dengan pernyataan tersebut.

Penelitian dari University of Minnesota menunjukkan bahwa berhenti merokok ternyata memicu pola makan yang buruk dan berpotensi menyebabkan penambahan berat badan.

"Kami ingin mengetahui apakah menghentikan asupan nikotin akut meningkatkan konsumsi junk food, yang tinggi garam, lemak serta gula. Dan bagaimana reseptor penghilang stres dari sistem opioid terlibat," kata pemimpin studi, psikolog Dr. Mustafa al'Absi dari University of Minnesota Medical School.

Studi ini menganalisis sekelompok perokok dan bukan perokok berusia 19 hingga 75 tahun. Semua peserta diminta tidak merokok selama 24 jam, lapor Fox News.

Baca Juga: 3 Postingan Kontroversial Five Vi, Soal Rokok hingga Lagu Ya Thoybah

Kemudian mereka dibagi, ada yang menerima plasebo, dan ada yang meminum naltrexone 50 mg, obat untuk mengobati pasien dengan masalah kecanduan zat.

Dampak merokok pada keluarga. (Shutterstock)
Ilustrasi perokok (Shutterstock)

Setelahnya, peserta ditawari berbagai makanan ringan dengan kandungan kepadatan energi tinggi hingga rendah dan mengandung garam, gula serta lemak.

Peneliti menemukan, mereka yang mengalami penarikan nikotin ternyata mengonsumsi lebih banyak kalori. Sementara mereka yang meminum obat naltrexone cenderung tidak memilih makanan berkalori tinggi.

"Hasil dari penelitian praklinis dan klilnis mendukung ini, menunjukkan bahwa stres meningkatkan kecenderungan makanan tinggi lemak dan tinggi gula," jelas Dr. al'Absi.

Lalu, kenaikan berat badan atau ketakutan akan kenaikan berat badan menjadikan mantan perokok kembali kambuh, yakin Dr. al'Absi.

Baca Juga: Satpol PP Sweeping Etalase Rokok Minimarket, Pakar: Bukan Kewenangan Mereka

"Temuan ini memperluas studi sebelumnya yang menunjukkan dampak penggunaan tembakau pada nafsu makan dan membantu mengidentifikasi pengaruh hubungan biologis, yakni sistem opioid otak terhadap nafsu makan selama penarikan nikotin," kata al'Absi.

Ia melanjutkan, "Kunci untuk menghilangkan hambatan ini adalah untuk lebih memahami faktor-faktor yang meningkatkan keinginan untuk makanan berkalori tinggi."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI