Selama survei terbuka pada Oktober 2017, anak-anak yang terlibat dalam studi ini melaporkan sendiri tentang pilihan makanan mereka. Juga mengambil tes kesehatan mental sesuai dengan usia yang mencakup keceriaan, relaksasi, hingga hubungan interpersonal.
“Dalam hal nutrisi, kami menemukan bahwa hanya sekitar seperempat anak sekolah menengah dan 28 persen anak sekolah dasar, yang dilaporkan terkait konsumsi buah dan sayuran lima hari yang direkomendasikan,” ungkap Prof Ailsa.
“Dan hanya di bawah satu dari sepuluh anak-anak, yang tidak makan buah-buahan dan sayuran,” lanjutnya.
Prof Ailsa mengatakan, lebih dari satu dan lima anak sekolah menengah, serta satu dari 10 anak sekolah dasar disebut tidak sarapan. Sedangkan, satu dari sepuluh anak sekolah menengah lainnya tidak makan siang.
Di samping itu, menurut Dr. Richard Hayhoe dari UEA’s Norwich Medical School, makanan yang baik dan sehat dapat berkontribusi pada mental anak-anak.
“Di antara anak sekolah menengah misalnya, ada hubungan kuat antara mengonsumsi makanan bergizi yang dikemas dengan buah dan sayuran. Tentunya, makanan ini berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik,” ungkap Dr. Richard Hayhoe.
“Anak-anak yang mengonsumsi sarapan tradisional mengalami kesejahteraan mental lebih baik, dibanding anak yang hanya makan camilan dan minuman manis,” pungkas Dr. Richard.