Suara.com - Penelitian tentang peran antibodi dalam mencegah dan mengobati Covid-19 terus dilakukan oleh para ilmuwan.
Yang terbaru, peneliti dari Institut Imunologi La Jolla di California membuat 'peta antibodi Covid-19' yang berfungsi untuk membantu peneliti mengenali mana antibodi yang mampu menetralisasi virus Corona, bahkan setelah bermutasi.
Laporan di majalah Science menyebut peta dibuat menggunakan ratusan antibodi penyintas COVID-19 dari seluruh dunia. Setelah itu tim peneliti global memetakan secara akurat tempat setiap antibodi mengikat pada paku protein di permukaan virus.
Paku protein digunakan virus untuk masuk ke dalam sel dan menularinya.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Kemenkes Dapat Bantuan 5 Unit Oksigen Generator
Tim peneliti itu mencari --dan berhasil menemukan-- antibodi yang menarget bagian tertentu pada paku protein yang sangat penting dalam siklus hidup virus. Tanpa bagian itu, virus tak dapat berfungsi.
Bagian dari paku protein itu kemungkinan tetap menjadi sasaran vaksin atau pengobatan, bahkan jika virus telah bermutasi.
"Kalau kita membuat campuran antibodi, kita ingin setidaknya salah satu antibodi ada di sana karena antibodi-antibodi itu kemungkinan dapat mempertahankan efikasi melawan banyak varian," kata Kathryn Hastie salah satu penulis laporan itu.
Sementara itu penelitian lainnya tentang antibodi juga memberi kabar baik. Sebab, antibodi ibu hamil yang divaksinasi diturunkan ke bayinya.
Ibu hamil yang menerima vaksin COVID-19 berbasis mRNA menurunkan antibodi pelindung dengan kadar yang tinggi kepada bayinya.
Baca Juga: Warga di Abdya Bubarkan Petugas Vaksinasi Covid-19, Ini Penyebabnya
Demikian hasil penelitian yang dilaporkan di American Journal of Obstetrics and Gynecology - Maternal Fetal Medicine pada Rabu (22/9).
Temuan tersebut mengindikasikan bahwa "antibodi yang dibangun dalam tubuh sang ibu terhadap vaksin mengalir lewat plasenta dan kemungkinan akan memberi manfaat bagi bayi setelah dilahirkan", kata salah satu penulis laporan itu, Dr Ashley Roman dari NYU Langone Health di New York City.
Belum jelas apakah waktu pemberian vaksin selama kehamilan berhubungan dengan kadar antibodi pada bayi.
"Kami tidak tahu berapa lama antibodi itu bertahan di tubuh bayi," kata Roman.
"Namun, adanya antibodi dalam darah di plasenta, yaitu darah sang janin, mengindikasikan bahwa si bayi juga berpotensi menerima manfaat dari vaksinasi selama kehamilan."