Suara.com - Pendarahan otak merupakan kondisi medis yang sangat berbahaya dan dapat mengancam nyawa seseorang.
Karena itu menurut dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Pasar Kemis, pendarahan otak harus dicegah dengan rutin melakukan skrining.
Ia mengatakan skrining terbaik untuk mencegah pendarahan otak adalah dengan rutin memeriksa tekanan darah.
“Bangun tidur sebelum beraktivitas adalah waktu yang paling tepat untuk menunjukkan tekanan darah dibandingkan setelah beraktivitas,” ujar dr. Subrady dalam keterangan yang diterima Suara.com.
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele, Ini 5 Penyebab yang Bisa Sebabkan Pendarahan Otak
Ia mengatakan pendarahan otak terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Penyebab pecahnya pembuluh darah di otak pun beragam, mulai dari ada kelainan di pembuluh darah seperti pembuluh darah keras atau aterosklerotik, pembuluh darah melebar atau aneurima, pembuluh darah yang bocor atau fistula.
Hal-hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor risiko penyakit seperti darah tinggi, obesitas, kolesterol, diabetes melitus, asam urat, dan stroke. Penyakit-penyakit tersebut jika tidak dikontrol secara rutin akan berakibat fatal yang berujung pada pendarahan pada otak.
Walaupun pendarahan terjadi di otak, namun masyarakat perlu memahami bahwa pemicu pendarahan di otak bisa berasal dari penyempitan atau pecahnya pembuluh darah di bagian tubuh lainnya seperti jantung, lengan, kaki, atau bagian tubuh lain.
Untuk memastikan terjadinya gangguan otak akibat pecah pembuluh darah, dibutuhkan pemeriksaan imaging standar emas untuk perdarahan otak adalah CT Scan Otak, DSA, dan MRA.
Untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami pendarahan pada otak, seorang dokter harus mengontrol kembali tekanan darah dan menyelamatkan organ yang ada di dalam tubuh seseorang.
Baca Juga: Usai Operasi Keadaan Tukul Arwana Mulai Membaik, Sudah Bisa Komunikasi
“Kami memastikan agar pendarahan yang terjadi pada pasien dapat berhenti atau membeku agar tidak terjadi pendarahan besar,” tambahnya lagi.
Waktu atau durasi kesembuhan seseorang pasca pendarahan otak bervariasi, bergantung dari jumlah jaringan otak dapat diselamatkan. Pasien yang telah selesai dirawat di rumah sakit harus tetap melakukan rehabilitasi.
Proses penyembuhan bersifat bertahap dan tahapan penyembuhan antar pasien pun berbeda-beda bergantung dari organ tubuh yang mengalami gagal fungsi dan kondisi orang tersebut.
“Rehabilitasi bisa dilakukan mulai dari pemulihan kemampuan orang mengunyah, menelan, berjalan, berbicara, dan berbagai tahapan rehabilitasi lainnya. Bahkan, agar seseorang dapat kembali bekerja, pasien sebaiknya dapat berkonsultasi dengan dokter okupasi untuk mengetahui tahapan pemulihan yang tepat agar dapat kembali bekerja,” tutupnya.