Suara.com - Kebakaran hutan tidak hanya merusak lingkungan. Pakar mengungkap kebakaran hutan menghasilkan asap yang sangat banyak, membuat risiko terserang penyakit pernapasan meningkat pesat.
Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian, yang menyebut asap kebakaran hutan mengandung bahan kimia beracun yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Melansir Healthline, penelitian melihat dampak asap kebakaran hutan hebat California pada tahun ini, yang disebut telah memengaruhi sebagian besar wilayah Amerika Serikat.
Menurut Dokter Spesialis Paru Dr. Len Horovitz di Lenox Hill Hospital New York City, kualitas udara ditentukan oleh empat atau lima partikel yang berbeda. Mulai dari ozon, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, serta karbon monoksida.

“Dan ini memberikan kontribusi pada indeks kualitas udara,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, kualitas udara ini diukur pada skala angka 0 hingga 500. Meski demikian, jika mendekati angka yang tinggi, ini bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan.
“Dari 0 Sampai 50 masih bagus, tapi kalau dari 50 sampai 100 itu mulai tidak baik. Dan jika kualitas udara mencapai 150 sampai 200, itu sudah dianggap bahwa kualitas udara sangat buruk,” ungkap Horovitz lebih lanjut.
Lewat data dari AirNow.gov, Indeks Kualitas Udara AS (AQI), setiap pengukuran udara mulai dari 151-300, disebut dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan bagi masyarakat.
Pada 20 Juli lalu, negara bagian New York memperingatkan bahwa Indeks Kualitas Udara bisa mencapai 100, dan ini dapat memberikan efek negatif pada kesehatan akibat adanya partikel halus (PM 2.5) dari kebakaran hutan di Pantai Barat.
Baca Juga: Polusi Udara Menyebabkan 7 Juta Kematian Dini per Tahun, WHO Perketat Pedoman
Di samping itu, menurut New York State Department Health, partikel halus (PM 2.5) merupakan partikel kecil udara yang mengurangi jarak pandang, sehingga ini menyebabkan penglihatan udara tampak kabur.