Suara.com - Tanggal 24 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia atau World Contraception Day. Hari ini ditujukan agar keluarga memiliki perencanaan matang mempersiapkan kehamilan.
Peringatan ini perlu kembali digencarkan, lantaran usai 18 bulan pandemi Covid-19 berlangsung banyak keluarga, khususnya 12 juta perempuan di Asia Pasifik mengalami kesulitan mengakses alat kontrasepsi.
Sehingga akhirnya menyebabkan 1,4 juta kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagaimana data yang dijabarkan UNFPA, salah satu lembaga dana keuangan PBB.
Wajar saja perempuan sulit mendapat alat kontrasepsi, karena berdasarkan data International Planned Parenthood menunjukan pada April 2020, sebanyak 5.633 klinik dan fasilitas medis yang melayani pemasangan alat kontrasepsi di 64 negara ditutup.
Baca Juga: Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman: Hadapi Covid Tak Perlu Lagi Panik
Kenyataan ini dibenarkan Direktur ESEAOR Malaysia, Dr. Jameel Zamir yang bercerita bukan hanya akses fasilitas kesehatan di awal pandemi yang sulit, tetapi juga para perempuan takut keluar rumah untuk mendapat fasilitas alat kontrasepsi.
"Di lapangan, saya telah melihat masalah rantai pasokan, fasilitas kesehatan yang kewalahan, dan perempuan takut mencari perawatan kesehatan, dan ketika akses ke keluarga berencana terganggu, maka seluruh anggota keluarga itu terdampak dan berusaha mengatasinya," ungkap Dr. Jameel dalam acara diskusi, Jumat (24/9/2021) lalu.
Ia menambahkan, masalah kehamilan yang tidak direncanakan ini diperparah oleh kondisi pandemi. Meskipun tak dipungkiri, tanpa pandemi sekalipun penanganan perihal keluarga berencana (KB) sudah cukup menyulitkan.
"Keterlambatan perempuan mendaoat informasi seputar keluarga berencana, terlambat memeriksakan diri ke dokter dan mendapat obat karena pembatasan sosial, dan terlambat mendapatkan kembali layanan kontrasepsi memperparah keadaan," pungkas Dr. Jameel.
Baca Juga: Maruf Amin Imbau Milenial Ambil Hikmah Pandemi Covid-19