Studi: Penderita Delirium Berisiko Terinfeksi Virus Corona Covid-19 Parah

Minggu, 26 September 2021 | 08:44 WIB
Studi: Penderita Delirium Berisiko Terinfeksi Virus Corona Covid-19 Parah
Ilustrasi virus Corona Covid-19, pasien delirium. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para peneliti kembali menemukan efek samping virus corona Covid-19 yang bisa menyebabkan pasien berisiko tinggi menjalani rawat inap di rumah sakit. Meskipun pasien dengan masalah kesehatan mendasar sudah diketahui paling berisiko tinggi.

Tapi, sebuah studi baru menemukan 73 persen pasien dengan delirium, gangguan serius pada masalah kesehatan mental bisa menyebabkan pasien kebingungan, gelisah dan tidak bisa berpikiran jernih.

Phillip Vlisides dari Departemen Anestesiologi di Michigan Medicine, mengatakan pasien dengan delirium cenderung lebih terinfeksi parah, sama halnya dengan pasien tekanan darah tinggi dan diabetes.

Mereka juga nampaknya berisiko mengalami efek samping dari virus corona Covid-19 yang lebih parah. Phillip menambahkan bahwa virus corona Covid-19 juga telah dikaitkan dengan sejumlah efek yang buruk lainnya, cenderung memperpanjang waktu rawat inap serta mempersulit pemulihan.

Baca Juga: Ahli Ingatkan Varian Virus Corona R1 Punya 5 Mutasi Berbahaya!

Para peneliti melihat risiko ini menggunakan catatan medis pasien dengan delirium dan survei telepon setelah keluar dari rumah sakit yang dirawat di unit perawatan intensif antara Maret dan Mei 2020.

Ilustrasi virus corona Covid-19 (Pixabay/Coyot)
Ilustrasi virus corona Covid-19 (Pixabay/Coyot)

Tapi, Philip mengatakan beberapa faktor juga berperan dalam memicu efek samping dan infeksi parah virus corona Covid-19 pada pasien dengan delirium.

Sebelumnya, perlu dipahami bahwa delirium dapat menyebabkan berkurangnya oksigen ke otak, perkembangan pembekuan darah dan stroke yang mengakibatkan gangguan kognitif.

Bahkan, penanda inflamasi sangat meningkat pada pasien dengan delirium. Selain itu, kebingungan dan agitasi juga bisa menjadi pertanda radang otak.

Namun, tim medis bisa melakukan eknik pengurangan delirium standar, seperti latihan yang dirancang untuk membuat pasien bergerak atau mengizinkan pengunjung untuk mengarahkan pasien ketika berada di rumah sakit.

Baca Juga: Bukti Baru: Virus Corona Ternyata Bukan Berasal dari Kebocoran Laboratorium

"Pada awal pandemi, kami tidak melakukan protokol pencegahan delirium standar seperti yang biasa kami lakukan. Apalagi, kami hanya memiliki peralatan pelindung yang terbatas," kata Philip.

Studi ini menemukan gangguan kognitif dapat bertahan cukup lama, bahkan setelah seseorang keluar dari rumah sakit karena virus corona Covid-19.

"Secara keseluruhan, penelitian ini merupakan alasan lain mengapa vaksinasi dan tindakan pencegahan virus corona sangat penting," kata Philip dikutip dari Express.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI