Riset IDAI: Komorbid Gizi Buruk Tingkatkan Risiko Kematian Anak karena Covid-19

Sabtu, 25 September 2021 | 12:25 WIB
Riset IDAI: Komorbid Gizi Buruk Tingkatkan Risiko Kematian Anak karena Covid-19
ilustrasi gizi buruk [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil riset Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI menemukan anak gizi buruk tingkatkan risiko keparahan dan kematian akibat Covid-19. Sehingga disimpulkan bahwa gizi buruk jadi salah satu komorbid terberat Covid-19 pada anak.

Kenyataan ini berbeda dengan orang dewasa yang terinfeksi Covid-19, yang berisiko lebih parah jika memiliki komorbid atau penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan darah tinggi.

Riset IDAI yang dipublikasi pada 23 September 2021 di Frontiersin ini disebutkan data yang dihimpun hingga 21 Desember 2020, terdapat 37.706 anak positif Covid-19.

Dari total kasus positif Covid-19 itu, ada 175 kematian anak, yang artinya case fatality rate (CFR) atau risiko kematian anak karena Covid-19 tembus 0,46 persen dari total kasus.

Baca Juga: Studi: 11 Persen Anak Berisiko Alami Long COVID-19 Setelah Dinyatakan Negatif

Komorbid gizi buruk ini menyumbang 18 persen kematian anak akibat Covid, disusul penyakit ganas seperti kanker 17,3 persen, dan penyakit jantung bawaah sebesar 9 persen.

Sedangkan sisanya, ada 62 anak positif Covid-19 meninggal karena penyakit penyerta. Selain itu ada juga pasien anak yang memiliki lebih dari satu penyakit penyerta.

"Dalam penelitian kami, kami menemukan bahwa malnutrisi dan kanker adalah dua komorbiditas yang plaing umum di antara peserta penelitian," tulis IDAI melalui penelitiannya yang dikutip Suara.com, Sabtu (25/9/2021).

Kenyataan malnutrisi memperparah Covid-19 tidak lepas dari tingginya prevalensi gizi buruk di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar atau riskesdas 2018 Kemenkes, balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9 persen dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8 persen.

"Malnutrisi membuat anak berisiko lebih tinggi terinfeksi penyakit, karena sistem kekebalan tubuh yang kurang dibanding individu yang sehat," terang IDAI.

Baca Juga: Update Covid-19 Global: AS Alami Lonjakan Kasus Pada Anak Terparah Selama Pandemi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI