Suara.com - Demensia Alzheimer atau lebih dikenal dengan Alzheimer merupakan salah satu bagian dari kasus demensia yang paling banyak ditemui. Dikutip dari laman Alzheimer Indonesia (ALZI), orang dengan masalah ini mengalami penurunan fungsi otak termasuk fungsi kognitif yang meliputi kemampuan daya ingat, berbahasa, fungsi visuospatial, dan fungsi eksekutif.
Beberapa tanda demensia Alzheimer yang khas bisa menjadi acuan seseorang melakukan deteksi dini dan segera memeriksakan diri ke dokter spesialis saraf, di antaranya gangguan daya ingat, sulit fokus, sulit melakukan kegiatan sehari-hari, disorientasi, dan kesulitan memahami visuospasial.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Mental, Kesehatan Jiwa, dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan, Dr. Celestinus Eigya Munthe, Sp.KJ, M.Kes, deteksi dini orang dengan demensia Alzheimer bisa membantu memperlambat berkembangnya penyakit tersebut.
Di sisi lain, perlambatan perkembangan atau progresivitas penyakit juga dapat membantu mempertahankan kualitas hidup orang dengan demensia.
Baca Juga: Tanpa Olahraga Berat, 3 Pekerjaan Rumah Ini Bantu Cegah dan Atasi Demensia!
"Semakin cepat menemukan orang dengan gejala demensia ini, kita berharap akan banyak orang yang kita pertahankan daya ingatnya dan meningkatkan kualitas hidup orang dengan demensia," ujar dr. Munthe dalam webinar "Kenali Demensia Alzheimer, Pentingnya Deteksi Dini", Jumat (24/9/2021).
"Kita menganggap orang yang pelupa sebagai hal yang biasa dan dijadikan bahan guyonan, padahal lupa salah satu gejala demensia Alzheimer," katanya lagi, seperti dikutip dari Antara.
Kementerian Kesehatan memberi perhatian pada masalah demensia Alzheimer salah satunya dengan meluncurkan aplikasi Sehat Jiwa yang antara lain memuat pemeriksaan untuk demensia. Dr. Munthe juga mengatakan bahwa pemeriksaan ini bertujuan untuk dapat mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang, termasuk masalah daya ingat yang berhubungan dengan perubahan perilaku, hal yang biasa ditemukan pada pasien demensia Alzheimer.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia (ALZI), Michael Dirk R. Maitimoe, saat seseorang dengan gejala-gejala termasuk lupa yang sudah mengganggu kegiatan sehari-hari atau memerlukan bantuan orang lain, maka ini pertanda dia perlu segera melakukan deteksi dini.
Dari sisi usia, Michael mencatat, demensia yang awalnya banyak dialami orang berusia 65 tahun ke atas, saat ini ditemukan pada usia lebih muda, yakni 50 tahun-an.
Menurut Michael, temuan ini bisa menjadi perhatian orang-orang bahwa demensia bisa dialami bukan hanya kalangan lanjut usia.
Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia, 5 Cara Cegah Terkena Alzheimer di Usia Senja
Di sisi lain, pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir dua tahun juga meningkatkan kemungkinan seseorang terkena demensia dan menyebabkan gejala demensia muncul lebih awal.