Menurut Survei, Remaja Perempuan Cenderung Merasa Tak Bahagia dengan Mental Mereka

Rabu, 22 September 2021 | 15:46 WIB
Menurut Survei, Remaja Perempuan Cenderung Merasa Tak Bahagia dengan Mental Mereka
Ilustrasi Remaja Depresi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak perempuan terutama mereka yang berusia 16 hingga 17 tahun cenderung merasa tidak bahagia dengan kesehatan mental mereka. Hal ini dinyatakan oleh hasil survei terbaru dari Inggris. 

Menurut survei, anak-anak berusia antara 16 hingga 17 tahun (32 persen) lebih mungkin melaporkan tidak bahagia dibandingkan dengan anak berusia sembilan hingga 11 tahun (sembilan persen). 

Melansir dari Independent, survei Big Ask yang dilakukan oleh Children's Commissioner for England menerima lebih dari setengah juta tanggapan dari anak-anak berusia empat hingga 17 tahun.

Hasilnya mengungkapkan masalah yang meluas dengan gangguan makan, menyakiti diri sendiri dan pikiran untuk bunuh diri. Setidaknya 20 persen anak-anak berusia sembilan hingga 17 tahun melaporkan tidak bahagia dengan kesehatan mental mereka sebagai masalah utama.

Baca Juga: Berdamai dengan Diri Sendiri! Ini 5 Cara Agar Hidup Lebih Bahagia

Mengenai masa depan mereka, 69 persen responden mengatakan bahwa memiliki pekerjaan atau karir yang baik ketika mereka dewasa adalah salah satu prioritas utama mereka.

Di antara anak-anak dari kelompok etnis minoritas, prioritas ini bahkan lebih tinggi, dengan 75 persen anak-anak Asia dan 76 persen anak-anak kulit hitam mengatakan karir di masa depan adalah salah satu prioritas utama.

Ilustrasi remaja burn out di masa pandemi. (Elements Envato)
Ilustrasi remaja burn out di masa pandemi. (Elements Envato)


Anak-anak dari lingkungan yang paling miskin juga lebih cenderung memprioritaskan mendapatkan pekerjaan yang baik di masa depan (72 persen) dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan yang paling makmur (68 persen).

Tetapi lebih dari setengah dari anak-anak berusia sembilan hingga 17 tahun (52 persen) berpikir bahwa mereka cenderung memiliki kehidupan yang lebih baik daripada orang tua mereka ketika mereka tumbuh dewasa. Sementara satu dari 11 (sembilan persen) berpikir bahwa mereka tidak mungkin melakukan sebaik orangtua mereka.

“Di dalam rumah, garis pemisah antara masa kanak-kanak dan dewasa telah kabur, sekarang kantor dan sekolah bahkan kamar tidur semua runtuh jadi satu," ujar Dame Rachel de Souza, komisaris anak-anak.

Baca Juga: Penelitian: Anak-Anak dengan Kondisi Berikut Paling Berisiko Kena Covid-19 Parah

“Anak-anak telah melihat dunia kerja orang dewasa lebih dekat," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI