Hari Alzheimer Sedunia, Ini 5 Fakta Unik Seputar Penyakit Alzheimer

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 21 September 2021 | 11:57 WIB
Hari Alzheimer Sedunia, Ini 5 Fakta Unik Seputar Penyakit Alzheimer
Ilustrasi penyakit Alzheimer. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari Alzheimer Sedunia diperingati setiap tanggal 21 September, bertujuan untuk mengampanyekan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, terhadap penyakit yang menyerang otak ini.

Tahun ini, Hari Alzheimer Sedunia mengusung tema 'Kenali Alzheimer: Pentingnya Deteksi Dini' yang menyoroti tanda-tanda awal penyakit Alzheimer, informasi yang perlu diketahui, hingga pentingnya diagnosis tepat waktu.

Untuk itu, Suara.com merangkum sejumlah fakta unik tentang penyakit Alzheimer. Simak ulasannya berikut ini:

1. Bisa muncul karena kebisingan lalu lintas

Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia 2021, Kenali Gejala Hingga Faktor Risikonya

Ilustrasi kebisingan lalu lintas (Suara.com/Arga)
Ilustrasi kebisingan lalu lintas (Suara.com/Arga)

Para ilmuwan telah menganalsisi catatan kesehatan 2 juta orang usia di atas 60 tahun di Denmark antara 2004 hingga 2017. Mereka mengidentifikasi 103.500 kasus demensia sebagai salah satu bentuk Alzheimer.

Seorang juru bicara dari tim Denmark mengatakan tinggal di lingkungan dengan lalu lintas jalan yang bising suara kereta api berkaitan dengan peningkatan risiko semua penyebab demensia atau Alzheimer.

"Pada penyakit Alzheimer, kami mengamati hubungannya dengan lalu lintas jalan dan kebisingan kereta api. Sedangkan pada demensia vaskular, kami hanya mengamati hubungannya dengan kebisingan lalu lintas jalan," kata juru bicara tersebut dikutip dari Express.

Para ahli memperkirakan bahwa dari 8.475 kasus demensia yang terdaftar di Denmark pada tahun 2017, sebanyak 1.216 kasus berkaitan dengan paparan kebisingan.

Baca selengkapnya

Baca Juga: Mengandung Bawang, Viral Video Pria Penuh Kasih Ingatkan Siapa Dia ke Ibunya yang Pikun

2. Pikun bukan hal normal

Ilustrasi lelaki mengidap demensia (Pexels/Harun Tan)
Ilustrasi lelaki mengidap demensia (Pexels/Harun Tan)

Anggapan pikun sebagai sebagai hal wajar kelompok usia tua juga terungkap dalam studi di Yogyakarta menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang gejala-gejala demensia.

"Bahkan ditemukan bahwa tenaga kesehatan merasa kurang terbekali dengan pengetahuan dan kompetensi terkait manajemen demensia, karena kurangnya pembahasan topik ini dalam kurikulum saat mereka menjalani pendidikan," tulis Alzheimer's Indonesia, melalui keterangannya, Rabu (15/9/2021).

Hal ini dibenarkan Spesialis Saraf Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, sekaligus penulis 'Stop Pikun di Usia Muda'. Ia mengatakan bahwa demensia adalah penyakit yang juga bisa menyerang usia muda, meski lebih banyak terjadi di usia tua.

"Tak sedikit kita yang melihat dan mendengar seseorang yang usianya lebih muda justru lebih pikun dibanding seorang lansia. Oleh sebab itu, umur bukanlah satu-satunya faktor utama yang emmbuat seseorang menjadi pikun lebih cepat," terang Dr. Yuda melalui bukunya.

Baca selengkapnya

3. Bisa dipicu stres kronis

Ilustrasi stres (pexels/@olly)
Ilustrasi stres (pexels/@olly)

Melansir dari Medical Xpress, stres psikososial kronis yang melibatkan jalur yang disebut sumbu hipotalamus hipofisis-adrenal (sumbu HPA) mungkin berkontribusi pada pengembangan penyakit Alzheimer.

Tinjauan baru ini telah diterbitkan dalam ulasan biologis yang menggambarkan bagaimana faktor lingkungan dan genetik dapat memengaruhi sumbu HPA individu, dan pada akhirnya risiko penyakit Alzheimer.

"Apa yang kita ketahui adalah bahwa tekanan kronis memengaruhi banyak jalur biologis di dalam tubuh kita. Ada intrat intrat antara paparan tekanan kronis dan jalur yang mempengaruhi reaksi tubuh terhadap stres seperti itu," kata penulis senior David Groth, Ph.D., dari Universitas Curtin, di Australia.

Baca selengkapnya

4. Lebih cepat berkembang pada perempuan

Ilustrasi perempuan dementia
Ilustrasi perempuan dementia

Penelitian menunjukkan bahwa protein Tau dan beta-amyloid adalah dua protein yang diketahui berkumpul dan menumpuk di otak pada pasien penderita Alzheimer.

Disfungsi memori muncul kemudian saat Tau mulai menumpuk. Dalam hal ini, perempuan lebih cepat mengakumulasikan Tau daripada pria, sehingga meningkatkan pertumbuhan penyakit Alzheimer lebih cepat.

"Tingkat akumulasi Tau sangat bervariasi antara individu dengan jenis kelamin yang sama, tetapi di lobus temporal yang dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer kami menemukan tingkat akumulasi 75 persen lebih tinggi pada perempuan sebagai kelompok dibandingkan dengan pria," jelas Ruben Smith, penulis pertama penelitian.

Baca selengkapnya

5. Cegah dengan pola makan mediterania

Ilustrasi perempuan dengan diet atau pola makan sehat. (Shutterstock)
Ilustrasi perempuan dengan diet atau pola makan sehat. (Shutterstock)

Pola makan yang kaya sayuran, buah-buahan, minyak zaitun, dan ikan (pola makan mediterania) bisa melindungi otak. Hal ini disebabkan karena pola makan tersebut melindugi otak dari penumpukan dan penyusutan plak.

Melansir dari Medicinenet, para peneliti di Jerman melihat hubungan antara pola makan dan protein amiloid dan tau, protein yang ditemukan di otak orang demensia dan Alzheimer. Penelitian tersebut dipublikasikan secara online 5 Mei di jurnal Neurology.

"Hasil ini berkontribusi pada bukti yang menghubungkan kebiasaan makan dengan kesehatan otak dan kinerja kognitif di usia tua," kata pemimpin peneliti Tommaso Ballarini, peneliti postdoctoral dari Pusat Jerman untuk Penyakit Neurodegeneratif di Bonn.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI