Singapura Ingin Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Terganjal Varian Delta

Senin, 20 September 2021 | 19:26 WIB
Singapura Ingin Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Terganjal Varian Delta
Ilustrasi Singapura (Unsplash/Jisun Han)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lonjakan kasus Covid-19 yang dialami Singapura ditanggapi oleh Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof Zubairi Djurban, Sp.Pd.,

Ia mengatakan, paparan virus Corona varian delta telah mengancam rencana “hidup dengan Covid-19” ala Singapura tersebut. Singapura awalnya siap menjalankan 'hidup baru' berdampingan dengan Covid-19, namun justru melaporkan rekor kasus harian hingga 1.000 per hari.

Hal itu terlihat dari sejumlah kondisi yang terjadi di Singapura dalam beberapa hari terakhir.

"Muncul 1.012 kasus baru. Tertinggi sejak April 2020. Klaster berasal dari pusat belanja, tempat kerja, hingga stasiun. Pasien yang butuh oksigen meningkat. RS diklaim belum krisis. Situasinya mirip Israel," kata prof Zubairi, dikutip dari tulisannya di Twitter, Senin (20/9/2021).

Baca Juga: Kaesang dan Erina Gudono Pilih Busana Adat Bali Jalani Sesi Foto Prawedding, Erina: Ini Pengalaman Pertama

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban

Singapura melaporkan kasus baru lebih dari 1.000 pertama kalinya pada Sabtu (18/9).

Terdapat empat kluster baru masuk dalam daftar Departemen Kesehatan, yaitu Pasar dan Pusat Makanan Toa Payoh Lorong 8, Rumah Perawatan Woodlands, Rumah Penyembuhan Windsor, dan Kampus Kecilku (Yishun).

Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menyebut, lonjakan kasus tak terduga itu sebagai 'peralihan' bagi negara mana pun yang berharap untuk hidup berdampingan dengan virus Corona SARS COV-2.

Hanya saja perbedaannya, negara-negara lain telah mengalami gelombang seperti itu sejak awal pandemi, sementara Singapura baru mengalaminya setelah lebih dari 80 persen populasi telah divaksinasi lengkap.

Menurut Ong, yang terpenting dalam menangani situasi itu ialah mengawasi jumlah orang yang terinfeksi dan menjadi sakit parah.

Baca Juga: Pintu Masuk Internasional Dibuka, Luhut: Jangan Sampai Kecolongan Varian Covid-19 Lagi

"Kita berada di jalur transisi menuju kehidupan normal baru dengan Covid-19. Ini adalah perjalanan yang tidak pasti dan penuh liku-liku," ucapnya dalam konferensi pers daring, dikutip dari The Straits Time.

Sebelum kasus harian mencapai 1.000 per hari, Pemerintah Singapura telah menempatkan sebagian besar pasien Covid-19 dengan kondisi ringan untuk melakukan pemulihan di rumah. Skema tersebut diperluas untuk pasien yang berusia hingga 69 tahun.

Selain itu, meskipun terjadi lonjakan kasus, rumah sakit di Singapura disebut masih relatif terkendali lantaran lebih dari 98 persen pasien Covid-19 di sana tidak memiliki atau hanya bergejala ringan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI