Psikolog: Pendidikan Seksual Bantu Cegah Perkawinan Anak

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 20 September 2021 | 18:11 WIB
Psikolog: Pendidikan Seksual Bantu Cegah Perkawinan Anak
Pendidikan Seksual. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satu lagi alasan mengapa pendidikan seksual harus diberikan sedini mungkin. Edukasi itu tidak hanya memberikan pemahaman mengenai bagaimana cara berhubungan seks yang sehat atau sekadar memperkenalkan alat kelamin, tetapi juga dapat membantu mencegah kasus perkawinan anak.

Hal tersebut dikatakan oleh Psikolog Klinis dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Anna Surti Ariani. “Anak remaja tidak suka dibuat penasaran. Itu justru membuat mereka ingin mencoba, harusnya kita melakukan pendidikan seksualitas di usia yang tepat, termasuk memberi tahu risiko-risiko pernikahan dini.”

Dikutip dari Antara, Anna mengatakan bahwa pendidikan seksual perlu dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia tumbuh kembang seorang anak.

Pada saat memberikan edukasi seksual yang terkait dengan pernikahan dini, Anna mengatakan sangat penting untuk setiap pihak menjabarkan bagaimana sebenarnya suka duka yang terjadi apabila melakukan pernikahan dini.

Baca Juga: Ada Peningkatan Kasus Pernikahan Dini dan Stunting di Natuna, Apa Penyebabnya?

Pada anak balita, misalnya, orangtua dapat mengedukasi anak dengan memperkenalkan nama alat kelaminnya. Dengan memperkenalkan anak pada bagian seksualnya, anak akan lebih cepat bertindak apabila terjadi suatu kejahatan seksual.

“Orangtua melindungi apa ketika anak melaporkan sesuatu yang tidak jelas? Tapi ketika sudah diberi tahu nama alat kelaminnya, anak bisa melaporkan dengan cepat ketika dia sampai mengalami kejahatan seksual,” kata Anna.

Edukasi pada anak balita itu, termasuk membiasakan anak agar tidak melepas baju di sembarang tempat atau memperlihatkan bagian tubuhnya di lingkungan yang terbuka, serta mengajarkan adanya sentuhan baik dan sentuhan buruk yang dilakukan oleh seseorang saat melakukan kontak fisik dengan anak.

Lebih lanjut Anna menuturkan, bagi anak yang telah duduk di bangku sekolah dasar (SD), para guru dapat mulai mengajarkan peran-peran yang dilakukan oleh setiap gender. Sedangkan untuk sekolah menengah pertama (SMP) perlu diajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika memiliki ketertarikan pada lawan jenis.

“Kemudian nanti saat SMA, bisa dilanjutkan bagaimana menjalin relasi yang sehat dengan orang lain, bukan relasi yang toksik. Itu juga pendidikan seksualitas yang perlu dibahas,” ujar dia.

Baca Juga: Viral Wanita Ungkap Pengalaman Miris Menikah Muda di Umur 17: Aku Menyesalinya!

Melalui pendidikan seksual, kata Anna, anak-anak dapat menghormati diri sendiri, kesehatan seksualnya, serta mampu lebih menghormati lawan jenis.

“Dengan mereka mendapatkan pendidikan seksualitas yang sesuai dengan usianya, justru anak itu terlindung dari risiko-risiko masalah kejahatan seksual, risiko-risiko melakukan hal-hal yang tidak benar dari seksualitas dia, justru dia memiliki kehidupan seksulitas yang lebih sehat. Jadi salah sekali kalau tidak boleh melakukan pendidikan seksualitas, justru ini penting sekali,” pungkas Anna.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI