Sekitar 13 persen pasien dengan hipotensi ortostatik mengembangkan demensia dibandingkan dengan 0 persen pasien tanpa hipotensi ortostatik. Selanjutnya, risiko mereka mengalami stroke iskemik 2 kali lipat di antara pasien dengan hipotensi ortostatik.
Sekitar 15 persen pasien dengan hipotensi ortostatik mengalami stroke iskemik, dibandingkan dengan 6,8 persen dari mereka yang tidak mengalami hipotensi.
"Mengukur hipotensi ortostatik di usia paruh baya mungkin merupakan cara baru untuk mengidentifikasi orang-orang yang perlu dipantau secara hati-hati untuk demensia atau stroke," kata Rawlings dikutip dari Express.
Tapi, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengklarifikasi hal-hal yang mungkin menyebabkan hubungan antara hipotensi ortostatik dan demensia serta menemukan strategi pencegahannya.
Studi ini menambah garis penelitian yang menunjukkan tekanan darah rendah meningkatkan risiko penurunan kognitif berkaitan dengan usia.
Hubungan keduanya pun diyakini sebagai hasil dari berkurangnya aliran darah ke otak ketika seseorang sedang duduk atau berdiri.
Semakin banyak penelitian telah menyoroti bahwa aliran darah yang tidak mencukupi ke otak memainkan peran penting dalam perkembangan demensia.
Risiko kondisi lain, termasuk penyakit Parkinson juga telah dikaitkan dengan berkurangnya aliran darah ke otak. Studi sebelumnya juga menyoroti bahwa tekanan darah diastolik, yang mengukur tekanan darah yang mengalir melalui pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak sebagai prediktor kuat dari demensia.
Baca Juga: Tak Selalu Lebih Berbahaya, Ternyata Ini 3 Efek yang Terjadi Jika Virus Corona Bermutasi