Suara.com - Seorang gadis berusia 8 tahun asal Minnesota, AS, bernama Avella Bauer menderita gangguan langka setelah terinfeksi Covid-19.
Avella didiagnosis ensefalomielitis diseminata akut (ADEM) setelah dinyatakan positif Covid-19, lansir Health.
Ibunya, Lani Bauer, menceritakan bahwa putrinya mengalami demam ringan pada awal Maret. Pada akhir minggu, demamnya sudah menurun dan ia kembali ke sekolah,
Tetapi keesokan paginya, Avella sudah tidak responsif hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah menjalankan beberapa tes, Avella positif Covid-19 sekaligus ADEM.
Baca Juga: Ahli Reproduksi Dorong Peneliti untuk Selidiki Hubungan Vaksin Covid-19 dan Menstruasi
Gadis kecil ini sekarang lumpuh dan dirawat di rumah sakit sejak saat itu.
Berdasarkan National Institute of Neurogical Disorders and Stroke (NINDS), ADEM merupakan suatu kondisi yang menyebabkan serangan peradangan singkat namun meluas pada otak dan sumsum tulang belakang.
Serangan ini merusak myelin, lapisan pelindung serabut saraf dan dapat menyebabkan gejala yang mendadak, seperti demam, kelelahan, sakit kepala, mual, muntah, kejang, hingga koma.
Kondisi ini biasanya mengikuti infeksi bakteri atau virus. Dalam kasus yang jarang terjadi, bisa juga terjadi setelah vaksinasi campak, gondok, atau rubella.
Profesor dan kepala departemen penyakit menular di Universitas di Buffalo, New York, Thomas Russo, MD, mengatakan bahwa sulit menentukan penyakit ADEM.
Baca Juga: Ketua DPRD Sumut: Perang Melawan Narkoba Jangan Kendur Meski Pandemi Covid-19
"Kemungkinan itu bisa disebabkan oleh Covid-19. Namun, sangat sulit untuk yakin akan hal itu," jelas Thomas.
Pakar lain setuju. Meskipun ada kemungkinan keduanya terkait, sulit untuk mengetahui dengan pasti.
"ADEM bisa disebabkan oleh berbagai infeksi seperti influenza, virus hepatitis, atau virus pernapasan lainnya, serta bakteri seperti mikoplasma," ujar sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Amesh A. Adalja, MD.
Amesh melanjutkan, "Aku pikir mungkin saja SARS-CoV-2 dapat menyebabkan ADEM, seperti virus penarpasan lainnya dapat menyebabkan kondisi ini."
Tetapi Amesh mengatakan bahwa ini adalah kejadian langka dan bukan dari infeksi yang diduga, terutama pada anak-anak.