Suara.com - Beberapa maskapai internasional, seperti Finnair dari Finlandia, Air France, Grup Lufthansa Jerman, dan LATAM Airlines Group yang berbasis di Santiago, Chili, mengatakan tidak membolehkan pemakaian masker kain dalam penerbangannya.
"Keamanan pelanggan dan karyawan adalah prioritas kami," kata Finnair, dilansir Health.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan masker kain dapat mengurangi paparan virus corona di masyarakat.
Menurut sekretaris Asosiasi Medis Penerbangan Internasional, Petra Illig, MD, masalah utamanya adalah tingkat perlindungannya.
Baca Juga: Meskipun Sering Dicuci, Masker Kain Ternyata Tak Berkurang Kualitasnya
Jenis bahan, jumlah lapisan serta cara pemasangan masker kain dapat bervariasi. Sebab, tidak ada standarisasi dalam pembuatan masker kain.
Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) meninjau hasil eksperimen CDC pada Februari lalu, menunjukkan bahwa masker kain memblokir 51,4 persen aerosol yang dikeluarkan saat batuk, sementara masker medis menahan 56,1 persen aerosol.
Tetapi memakai dua masker sekaligus, yakni masker kain yang ditumpuk dengan masker medis, dapat memblokir 85,4 persen partikel batuk.
Pensiunan profesor penyakit menular University of Alabama, Birmingham, mengatakan idealnya masker kain harus memiliki lapisan tengah penyerap bahan sintetis, seperti polipropilen spun, yang dipasang di sekitar hidung serta mulut.
Baca Juga: Cara Membuat Masker Kain yang Benar untuk Naik KRL Jabodetabek