Suara.com - Seks anal memiliki berbagai ragam dampak buruk bagi kesehatan, yang terbesar adalah risiko penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang bisa 18% lebih tinggi daripada seks vaginal.
Apabila seks anal memiliki banyak risiko, bagaimana dengan seks oral?
Seks oral merupakan praktik yang melibatkan penggunaan mulut, bibir, atau lidah untuk merangsang penis, vagina, atau anus pasangan seks.
Banyak orang menganggap aktivitas seks oral lebih aman daripada seks penetratif, tetapi pada dasarnya seks tanpa pelindung dalam bentuk apa pun selalu memiliki risiko.
Baca Juga: Apakah Seks Oral Bisa Menularkan HIV? Ini Penjelasannya!
Meski penularan HIV melalui seks oral paling rendah, tetapi praktik ini paling mudah menyebarkan virus herpes simpleks 1 (HSV-1).
Berdasarkan Verywell Health, sebuah studi pada 2019 yang terbit dalam jurnal BMC Medicine mengungkap bahwa sebagian besar infeksi HSV merupakan hasil dari seks oral, daripada seks genital.
Risiko herpes selama seks oral tinggi dan dapat terjadi ketika tidak ada gejala. Kondom dapat mengurangi risikonya, tetapi tidak sepenuhnya efektif karena virus bisa menyebar dari kulit ke kulit.
Selain herpes, seks oral dapat menularkan jenis penyakit menular seksual (PMS) yang lainnya juga. Apa yang meningkatkan penularan ini?
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), berikut faktor-faktor yang dapat meningkatkan penularan PMS saat seks oral ketika terpapar dengan pasangan yang terinfeksi:
Baca Juga: Seks Oral Lebih Berisiko bagi Pria, Simak 3 Fakta Kesehatannya
- Kesehatan mulut yang buruk, misalnya sedang mengalami kerusakan gigi, penyakit gusi, gusi berdarah, dan kanker mulut.
- Mempunyai luka di mulut atau alat kelamin.
- Terkena air mani atau pra-air mani (pre-cum) dari pasangan yang terinfeksi.
Namun, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan apakah faktor di atas benar-benar meningkatkan risiko penularan PMS, atau bahkan HIV.