Suara.com - Kehadiran si buah hati umumnya akan menambah bumbu pernikahah menjadi lebih berwarna. Namun apa jadinya bila seorang ibu mengaku bahwa kehadiran anaknya malah membuat rumah tangga hancur?
Hal kontroversial itu diungkap oleh seorang ibu yang dilansir Daily Star. Ibu ini menulis di Reddit dan mencurahkan perasaan terdalamnya terhadap anak laki-laki kecil, buah hatinya sendiri.
Ia mengatakan bagaimana putranya telah mengambil alih hidupnya dan hampir menghancurkan pernikahannya.
"Saya hanya ingin tahu apakah ada orang lain yang merasa tidak lagi memiliki kehidupan sendiri ketika memiliki balita. 24/7, saya adalah orangtua yang tinggal di rumah. Mengakhiri karir saya ketika saya memiliki putra, 3 tahun lalu karena tempat penitipan anak membuat saya takut," jelasnya panjang lebar.
Baca Juga: Polisi Tangkap Ibu Rumah Tangga Penjual 11 Mobil Rental di Media Sosial
"Suami saya memiliki karir yang cukup menuntut, tetapi melakukan semua yang dia bisa ketika dia di rumah. Kami tidak benar-benar memiliki hubungan lagi di luar mengasuh anak," ujar dia lagi.
Dia melanjutkan, "Dia merasakan hal yang sama saat balita kita mengambil alih segalanya. Makan, percakapan, momen, tidak akan ada tanpa anak kita berteriak, merengek, mendorong mainan ke wajah kita, merangkak ke seluruh tubuh kita, dll," tambahnya.
"Kami hampir tidak berbicara lagi kecuali itu tentang anak, karena dia sangat menuntut. Dia sama sekali tidak bisa bermain sendirian dan membutuhkan hiburan terus-menerus," ungkap ibu itu lagi.
Sang ibu mengatakan bahwa dia telah melepaskan semua hobinya dan apa pun yang dia nikmati untuk si kecil karena dia tidak dapat melakukan hobi jika harus mengasuh putranya.
"Saya dulu melukis, tetapi jika saya berpikir untuk mengeluarkan peralatan apa pun, dia ikut, menumpahkan cat di mana-mana.
Baca Juga: Emak-emak Nekat Nyambi Dagang Sabu-sabu, Wati Dicokok Polisi
"Jika saya mencoba menonton tv, dia berteriak kepada saya karena tidak bermain dengannya atau berteriak agar saya menayangkan Spongebob," ujarnya.
Sepanjang hari, 100 persen waktunya adalah tentang bocah lelaki itu.
"Yang saya tahu, saya memilih untuk memiliki anak, ini bukan tentang saya lagi, tapi saya merasa saya tidak memiliki identitas atau diri lagi karena saya memberikan diri saya sepenuhnya kepada anak saya," ujarnya.
"Saya juga tidak bisa begadang di malam hari dan memberi diri saya waktu sendirian, karena putra saya entah bagaimana selalu mendengar saya, dan masih bangun lima kali setiap malam berteriak memanggil saya," kata ibu itu.
Ibu itu mengakui bahwa dia tahu perilaku ini tidak biasa, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dan, tampaknya ibu malang itu tidak sendirian.
"Tidak, ini kedengarannya tidak normal. Secara pribadi, saya akan memasukkannya ke prasekolah paruh waktu, latihan tidur, dan mulai mendesaknya untuk belajar bermain lebih mandiri," kata seorang warganet menanggapi.
"Mengasuh anak tidak harus melibatkan tingkat kecemasan seperti ini. Anda berhak mendapatkan waktu untuk diri sendiri, tidur tanpa dibangunkan lima kali semalam, dan pernikahan yang melibatkan lebih dari sekadar mengasuh anak," kata yang lain.
Lalu, bagaimana pendapat Anda?