Pikun Bukan Hal Normal dan Wajar, Begini Cara Mencegahnya

Rabu, 15 September 2021 | 12:28 WIB
Pikun Bukan Hal Normal dan Wajar, Begini Cara Mencegahnya
Ilustrasi lelaki mengidap demensia (Pexels/Harun Tan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pikun karena Demensia Alzheimer (DA) dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Padahal ini adalah penyakit yang dapat membuat pengidapnya mengalami perubahan perilaku.

Anggapan pikun sebagai sebagai hal wajar kelompok usia tua juga terungkap dalam studi di Yogyakarta menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang gejala-gejala demensia.

"Bahkan ditemukan bahwa tenaga kesehatan merasa kurang terbekali dengan pengetahuan dan kompetensi terkait manajemen demensia, karena kurangnya pembahasan topik ini dalam kurikulum saat mereka menjalani pendidikan," tulis Alzheimer's Indonesia, melalui keterangannya, Rabu (15/9/2021).

Hal ini dibenarkan Spesialis Saraf Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, sekaligus penulis 'Stop Pikun di Usia Muda'. Ia mengatakan bahwa demensia adalah penyakit yang juga bisa menyerang usia muda, meski lebih banyak terjadi di usia tua.

Baca Juga: Kebisingan Lalu Lintas Tingkatkan Risiko Alzheimer, Ini Sebabnya

Tapi demensia alzheimer adalah penyakit yang harus dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, agar tidak memicu perubahan perilaku.

"Tak sedikit kita yang melihat dan mendengar seseorang yang usianya lebih muda justru lebih pikun dibanding seorang lansia. Oleh sebab itu, umur bukanlah satu-satunya faktor utama yang emmbuat seseorang menjadi pikun lebih cepat," terang Dr. Yuda melalui bukunya.

Jika demensia alzheimer atau pikun tidak segera ditangani, maka akan berdampak kepada seluruh anggota keluarga, lantaran merawat orang dengan demensia (ODD) jadi tugas yang menguras emosi dan finansial.

Bahkan hasil riset di 2020 oleh Theresia, menemukan keluarga yang jadi pendamping ODD mengalami tekanan emosional, beban finansial, stigma, kurangnya keseimbangan pekerjaan dan kerja, terkucilkan, serta tidak memiliki dukungan yang adekuat.

Itulah kenapa demensia atau pikun harus dicegah,ditanggulangi dan dideteksi, dengan cara perilaku CERDIK, yang  akronim dari Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

Baca Juga: Awas, Paparan Kebisingan Lalu Lintas Tingkatkan Risiko Demensia

Pemeriksaan komprehensif juga sangat diperlukan, melakukan skrining atau deteksi dan diagnosis demensia di fasilitas kesehatan.

Meski pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 4 tahun 2019, yang menyatakan bahwa setiap lansia berhak mendapatkan skrining kognitif tahunan di puskesmas. Namun hal ini belum terimplementasikan dengan baik dan merata di seluruh Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI