Penelitian ini menggunakan konsentrasi karbon dioksida (CO2) sebagai proksi untuk ventilasi.
Peneliti memasang sensor lingkungan di setiap stasiun kerja untuk memantau konsentrasi PM2.5, CO2, suhu dan kelembaban relatif. Peserta juga memiliki aplikasi yang dirancang khusus di ponsel mereka.
Ketika tingkat PM2.5 dan CO2 naik, respons pada tes warna lebih lambat dan kurang akurat. Peningkatan CO2 juga dikaitkan dengan respons yang lebih lambat terhadap pertanyaan matematika.
Peserta menjawab lebih sedikit pertanyaan dengan benar ketika tingkat PM2.5 dan CO2 meningkat.
Studi ini menemukan gangguan kognitif atau mental, fungsi pada konsentrasi yang umum di lingkungan dalam ruangan.
Cedeno Laurent menyebut ini sebagai bidang penelitian yang penting mengingat berapa banyak waktu yang dihabiskan orang di dalam ruangan, terutama mereka yang bekerja di kantor dalam ruangan.
"Di kota-kota yang sangat tercemar udara, yang harus Anda andalkan adalah ventilasi mekanis yang memiliki tingkat filtrasi lebih tinggi," katanya.