Suara.com - Selandia Baru tengah mengalami peningkatan kasus COVID-19 di ibukota Auckland, memaksa kota dengan penduduk terbanyak itu melakukan lockdown.
Dalam sesi konferensi pers, Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan satu-satunya cara menurunkan tingkat infeksi adalah dengan memperluas cakupan vaksinasi.
Selandia Baru mencatat 15 infeksi baru pada Selasa, turun dari 33 kasus pada hari sebelumnya. Namun sekitar 1,7 juta orang di Auckland masih berada dalam penguncian (lockdown) hingga pekan depan saat pemerintah berjuang membendung klaster varian Delta yang sangat menular.
"Vaksin merupakan perangkat terbaik di kotak peralatan kita sekaligus tiket kita menuju kebebasan yang lebih besar," kata Ardern saat konferensi pers. 'Semakin banyak orang yang divaksin, maka semakin sedikit pembatasan yang Anda hadapi."
Baca Juga: Duh, Penelitian dari India Buktikan Antibodi COVID-19 Turun 4 Bulan Usai Vaksinasi
Penguncian Auckland menutup sekolah, kantor, dan ruang publik, dan masyarakat hanya diizinkan keluar rumah untuk berolahraga atau membeli kebutuhan sehari-hari.
Selandia Baru sebagian besar terbebas dari virus selama berbulan-bulan sampai wabah Delta memaksa penguncian darurat pada 17 Agustus.
Penguncian dan penutupan perbatasan internasional sejak Maret 2020 berpengaruh dalam menekan laju infeksi COVID-19 di negara itu.
Namun, upaya vaksinasi yang lamban menuai kritik terhadap Ardern karena baru 34 persen dari 5,1 juta penduduk Selandia Baru yang sudah menerima vaksinasi lengkap.
Untuk meningkatkan program vaksinasi, Selandia Baru memboyong vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech dari Spanyol dan Denmark.
Baca Juga: Viral Santri Tutup Telinga saat Ada Musik, Benarkah Hafiz Quran Dilarang Mendengar Musik?
"Tidak ada yang mencegah kami di Auckland terkait vaksin," lanjut Ardern. "Ada kapasitas pemberian 220.000 dosis vaksin di wilayah tersebut pekan ini."
Menurut Ardern, bus vaksinasi mulai beroperasi pekan ini untuk menjangkau masyarakat yang lebih banyak. [ANTARA]