Jawa dan Bali Masih Penyumbang Kasus Covid-19 Terbesar, Apa Sebab?

Senin, 13 September 2021 | 13:30 WIB
Jawa dan Bali Masih Penyumbang Kasus Covid-19 Terbesar, Apa Sebab?
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah terus memantau perkembangan COVID-19 di seluruh wilayah di tanah air dan mengevaluasi penanganannya. Hingga saat ini, Pulau Jawa dan Bali masih menjadi wilayah terbesar penyebaran virus, baik kasus positif, kematian maupun kasus aktif. 

Meski begitu tingkat kesembuhan di wilayah ini, juga mengalami peningkatan. Demikian dikatakan Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito.
 
Dilihat dari jumlah kasus positif, wilayah Jawa dan Bali menyumbang 67,76 persen dari total kasus nasional. Menyusul pada urutan berikutnya adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku-Papua di urutan terakhir dalam hal jumlah kasus positif.   

Ilustrasi Virus Corona. (Pixabay)
Ilustrasi Virus Corona. (Pixabay)

“Artinya, persentase kasus positif sejalan dengan persentase kasus meninggal pada pulau-pulau di Indonesia,” ujar Prof. Wiku dalam Keterangan Pers yang ditayangkan secara virtual di Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, baru-baru ini.

 Menurutnya, tingginya porsi kasus positif di Pulau Jawa dan Bali dikarenakan wilayah terebut mendominasi populasi di Indonesia, juga terdapat ibukota negara di dalamnya, sehingga aktivitas sosial ekonominya cenderung lebih padat.  

Baca Juga: Komisi III Apresiasi Kinerja Polda Bali Tangani Covid-19

Meski begitu dibandingkan kasus positif pada bulan sebelumnya, maka kasus positif di Pulau Jawa dan Bali secara umum telah mengalami penurunan sebesar 74 persen.

Oleh karena itu, Prof. Wiku mengimbau kepada setiap daerah di Indonesia untuk segera melakukan sinkronisasi data agar perkembangan COVID-19 di daerah terpantau lebih akurat. Khususnya kepada daerah-daerah yang menyumbang kasus tertinggi. 

Pengawasan kepatuhan protokol kesehatan utamanya pada fasilitas umum dan fasilitas sosial melalui Satgas Posko Fasilitas Publik juga harus ditingkatkan. Selain itu perlu adanya penguatan Satgas Posko di tingkat Desa/Kelurahan untuk memastikan pencegahan COVID-19 dilakukan sajak dari tingkatan terkecil. 

Kewaspadaan harus selalu dijaga, mengingat perkembangan virus COVID19 masih cukup dinamis. Virus COVID-19, menurut Prof. Wiku, seperti halnya semua virus, memiliki sifat alami untuk mengalami perubahan terus-menerus. 

Virus akan terus bermutasi selama virus masih ada di tengah masyarakat, baik pada skala lokal maupun global. Untjuk itu, kata dia, pemerintah melalui berbagai kebijakan menyeluruh, senantiasa berusaha menekan angka kasus. 

Baca Juga: Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Calon Kades di Daerah Ini

'Semakin rendah penularan yang terjadi, semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan menjadi varian baru,” ungkap Prof. Wiku.   

Karena itu, pemerintah mengharapkan masyarakat terus menjaga kesehatan dan mengurangi risiko terpapar virus COVID-19 dengan cara disiplin mengenakan masker, melakukan vaksinasi, juga menerapkan protokol kesehatan lainnya.   

Wilayah geografis Indonesia yang luas dalam profil kepulauan, lanjut dia, juga menuntut strategi pengendalian yang disertai kolaborasi dan sinergi kuat dari berbagai pihak. Dengan partisipasi tiap individu, dampak pandemi akan lebih terkendali.

  Dalam masa kedaruratan ini, Prof. Wiku mengajak masyarakat untuk menanggapi dinamika seperti ini dengan cermat. Yaitu dengan meningkatkan kewaspadaan, tanpa terlalu takut berlebihan, serta melakukan pembelajaran dan perbaikan tiada henti.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI