Suara.com - Beberapa mal dan tempat wisata di Bali mulai kembali dibuka. Sosiolog dari Universitas Udayana, Bali, Wahyu Budi Nugroho, meminta agar masyarakat mewaspadai ancaman gelombang ketiga Covid-19.
"Dari fenomena revenge travel (peningkatan wisatawan) pasca pembukaan mal dan beberapa tempat wisata yang patut diwaspadai dari fenomena ini adalah ancaman gelombang ketiga Covid-19," kata Wahyu di Denpasar, Bali, Sabtu (11/9/2021), seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan ketika berada di tempat publik yang rentan terjadi kerumunan, masyarakat tetap harus waspada terhadap munculnya gelombang ketiga Covid-19. Terlebih dengan adanya varian baru Mu yang pertama kali muncul di Kolombia.
"Ketika dikaitkan dengan fenomena revenge travel, negara-negara yang awalnya mempopulerkan istilah revenge travel adalah mereka yang sudah memvaksin lebih dari 50 persen penduduknya. Bagaimana dengan kita di Indonesia? Nah, ini yang sebenarnya jadi perhatian banyak pihak," katanya.
Untuk itu, kata dia, semua pihak terutama pemerintah dan pelaku pariwisata, harus sigap dan siap menghadapi situasi yang makin dinamis.
Ia menilai masih diperlukan pembatasan kunjungan wisatawan, dan sosialisasi untuk terus menerapkan protokol kesehatan dalam berwisata harus terus digaungkan.
"Boleh jadi, pembatasan wisatawan dengan cara mendaftar secara online terlebih dahulu, bisa juga dilakukan. Namun, hal ini agaknya terbatas atau baru bisa dilakukan pada objek-objek wisata yang dikelola secara profesional seperti mal, museum, kebun binatang, atau objek-objek wisata yang dikelola pemerintah," jelasnya.
Untuk objek wisata lokal, kedisiplinan pelaku pariwisata lokal dan aparat masih diperlukan untuk memastikan ditaatinya protokol kesehatan oleh wisatawan, terutama dalam segi jumlah pengunjungnya.
Ia juga mengingatkan, sebagaimana wacana yang sempat muncul beberapa waktu lalu, yaitu ketaatan prokes sebagai salah satu daya tarik baru untuk pariwisata.