Masih Dipercaya hingga Kini, Zona Rasa pada Peta Lidah Ternyata Salah Kaprah

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Selasa, 07 September 2021 | 13:57 WIB
Masih Dipercaya hingga Kini, Zona Rasa pada Peta Lidah Ternyata Salah Kaprah
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak dari kita mungkin masih ingat dengan pelajaran biologi atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saat sekolah dasar, di mana lidah terbagi dalam beberapa area yang bisa mengecap rasa yang berbeda. Ini disebut dengan tongue map (peta lidah).

Pengenalan zona rasa pada peta lidah ini awalnya berakar dari makalah tahun 1901, Zur Psychophysik des Geschmackssinnes, oleh ilmuwan Jerman David P Hänig.

Di sini Hänig lidah bisa merasakan empat rasa utama yakni manis, asam, asin, dan pahit. Kemampuan dalam mengecap rasa ini disebabkan oleh adanya papila atau bintil pengecap rasa yang ada di lidah.

Dalam peta lidah itu diperlihatkan bahwa rasa pahit ada di bagian belakang, manis di bagian depan, asin di sisi dekat bagian depan, dan asam di sisi dekat bagian belakang.

Baca Juga: Cek Di Sini, 7 Tanda Pacar Kamu Merasa Insecure pada Hubungannya

Dilansir dari Smithsonianmag, pembagian itu didasarkan oleh percobaan Hänig mengukur ambang persepsi rasa di sekitar tepi lidah (ia menyebutnya taste belt). Ia meneteskan rangsangan yang sesuai dengan rasa asin, manis, asam, dan pahit dalam interval di sekitar tepi lidah.

Ilustrasi lidah sebagai indra pengecapan. [Istimewa]
Ilustrasi lidah sebagai indra pengecapan. [Istimewa]

Hänig menemukan bahwa ada beberapa variasi di sekitar lidah dalam seberapa banyak stimulus yang dibutuhkan untuk sebuah rasa diproses ke otak.

Bagian lidah yang berbeda memang memiliki ambang batas yang lebih rendah untuk merasakan rasa tertentu, tetapi perbedaan ini terbilang kecil. Untuk ujung dan tepi lidah sangat sensitif terhadap rasa, karena area ini mengandung banyak organ sensorik kecil yang disebut kuncup pengecap.

Hingga kini, peta lidah telah masuk ke dalam pengetahuan umum dan masih diajarkan di banyak ruang kelas dan buku pelajaran sekolah.

Tapi sebenarnya ada masalah dengan cara penyajian informasi dari temuan Hänig. Ketika Hänig menerbitkan hasilnya, dia memasukkan grafik garis pengukurannya.

Baca Juga: 5 Tanda Rasa Cinta Pasangan Sudah Berkurang, Perhatikan Baik-baik!

Sehingga, membuatnya tampak seolah-olah bagian lidah yang berbeda bertanggung jawab atas rasa yang berbeda, ketimbang menunjukkan bahwa beberapa bagian lidah sedikit lebih sensitif terhadap rasa tertentu daripada yang lain.

Biologi molekuler modern sendiri menentang peta lidah. Selama 15 tahun terakhir, para peneliti telah mengidentifikasi ada banyak protein reseptor yang ditemukan pada sel pengecap di mulut yang penting untuk mendeteksi molekul rasa.

Menurut bukti ilmiah pun, kemampuan untuk merasakan manis, asin, asam, dan pahit tidak terbagi ke berbagai bagian lidah. Reseptor yang menangkap rasa ini sebenarnya terdistribusi ke mana-mana.

Sekarang kita tahu bahwa segala sesuatu yang kita anggap manis dapat mengaktifkan reseptor yang sama, sedangkan senyawa pahit mengaktifkan jenis reseptor yang sama sekali berbeda.

Jika peta lidah benar, orang akan mengharapkan reseptor manis terlokalisasi di bagian depan lidah dan reseptor pahit terbatas di bagian belakang. Tapi ini tidak terjadi. Sebaliknya, setiap jenis reseptor ditemukan di semua area rasa di mulut.

Sehingga informasi rasa yang dibawa dari lidah ke otak menunjukkan bahwa kualitas rasa individu tidak terbatas pada satu wilayah lidah. Peneliti menjelaskan ada dua saraf kranial yang bertanggung jawab untuk persepsi rasa di berbagai area lidah, yakni saraf glossopharyngeal di belakang dan cabang chorda tympani dari saraf wajah di depan.

Jika rasa tertentu eksklusif untuk area tertentu, maka kerusakan pada chorda tympani, misalnya, akan menghilangkan kemampuan seseorang untuk merasakan manis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI