Suara.com - Polisi mengumumkan kronologi penangkapan dan metode penyalahgunaan narkoba komika Coki Pardede, yang mengaku menggunakan narkotika sabu cair dengan cara disuntik melalui anus atau dubur.
Dalam istilah medis memasukan obat melalui lubang anus kerap juga disebut metode rektal, biasanya metode ini membuat kinerja obat bekerja jadi jauh lebih cepat karena langsung menyebar lewat aliran darah, tanpa melalui proses pencernaan.
Namun mirisnya, mengutip situs rehabilitasi narkoba Amerika, Rehab Center, Sabtu (4/9/2021) dalam penggunaan zat psikotropika melalui metode ini berisiko meningkatkan overdosis yang lebih tinggi.
Ini karena zat yang masuk lewat anus akan langsung disaring oleh liver atau hati, yang hasilnya proses penyaringan berlangsung lebih cepat. Itulah kenapa obat seperti narkoba efeknya lebih cepat dan instan jika dimasukan lewat anus.
Baca Juga: Mabuk, Coki Pardede Curhat Masalah hingga Ngaku Pakai Narkoba
Tapi yang perlu menjadi perhatian adalah bahaya pengguna menginginkan efek lebih. Ini karena efek rileks dan santai atau dalam bahasa gaul disebut ngefly yang sangat cepat dan puncaknya sangat tinggi, tapi itu terjadi hanya sebentar.
Efek sebentar inilah yang membuat pengguna mendambakan perasaan ngefly lagi dan lagi. Padahal zat tersebut masih berada di dalam tubuh meski efeknya sudah hilang, yang akhirnya membuat pengguna menambahkan dosis terus menerus dan zat tersebut menumpuk di dalam tubuh.
Hasilnya, risiko overdosis ekstrem kerap terjadi dan berisiko fatal, bahkan hingga mengancam nyawa.
Inilah mengapa pemberian obat termasuk narkotika lewat anus cenderung lebih berbahaya dibanding menggunakan metode lainnya.
Selain itu, memasukan narkotika melalui anus juga bisa meningkatkan risiko infeksi lantaran tidak menggunakan alat yang steril, dan mayoritas pengguna narkoba tidak sadar akan hal ini, sehingga bisa meningkatkan kerusakan jaringan dan membran kulit dubur.
Baca Juga: Tretan Muslim Dicecar Deddy Corbuzier soal Kebiasaan Coki Pardede Gunakan Sabu
Metode ini juga memperparah orang dengan kondisi tertentu yang mengalami diare persisten, trombosit darah rendah, sirkulasi darah buruk, hingga penyakit anorektal.
Bahkan metode ini juga bisa meningkatkan risiko penyakit menular seksual (PMS), bagi orang yang kerap melakukan aktivitas seks anal.
Ditambah susunan bahan kimia dari narkoba bisa sangat membahayakan tubuh, dan menyebabkan kerusakan usus berulang yang sulit sembuh.