Suara.com - Saat kondisi sedih atau terpuruk, pikiran kerap tak mampu berpikir jernih. Hal itu pada akhirnya berpotensi membuat seseorang mengambil tindakan keliru.
Salah satunya melampiaskan pada obat-obatan terlarang seperti zat psikotropika yang diklaim dapat memberikan efek menenangkan.
Tapi apakah benar zat tersebut dapat memberi efek tenang? Adakah efek sampingnya bagi kesehatan?
Dikutip Ruang Guru, psikotropika sebenarnya zat atau obat alami dan sintetik nonnarkotika yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Berdasarkan dampaknya bagi tubuh, psikotropika terbagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
Baca Juga: Erick Thohir Pastikan Stok Obat-obatan di BUMN Cukup untuk 2 Bulan ke Depan
![Ilustrasi narkoba (Unsplash/Markus Spiske]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/07/11/50539-ilustrasi-narkoba.jpg)
1. Stimulan
Stimulan adalah kategori psikotropika yang apabila dikonsumsi akan merangsang kerja sistem saraf pusat dan kerja organ. Ketika seseorang menggunakan stimulan, dia akan merasa senang dan bahagia berlebihan.
Efek "senang" dari psikotropika berbeda dengan senang setelah aktivitas positif lain.
Perasaan "senang" yang timbul akibat priskotropika akan menurunkan daya koordinasi tubuh. Hal ini terjadi karena tubuh kekurangan neurotransmitter, zat yang bisa mengantarkan impuls saraf.
Otak memiliki dopamine, neurotransmitter yang berfungsi menimbulkan perasaan bahagia. Contohnya, saat makan es krim cokelat, dopamine akan membuat tubuh merasakan lezatnya es krim tersebut dan merasa senang
Sedangkan pada penggunaan psikotropika, seseorang akan merasa "butuh rasa senang" tersebut secara terus-menerus yang kemudian memunculkan kecanduan terhadap obat-obatan tersebut.
Baca Juga: Kasus Penimbunan Obat Covid di Jakarta Barat, Polisi Klaim Kantongi Nama Tersangka
Ketika efek candu itu muncul, bagaimana pun si pengguna akan berusaha mencari jenis psikotropika tersebut. Jika tidak mendapatkan obat-obatan tersebut, perasaan frustasi akan muncul dan masuk ke dalam fase kesepian yang sebelumnya coba dihindari.
Adapun contoh dari psikotropika jenis stimulan adalah ekstasi dan amfetamin.
2. Depresan
![Ilustrasi Narkoba (freeimages)](https://media.suara.com/pictures/original/2019/12/11/83058-ilustrasi-narkoba-freeimages.jpg)
Berbeda dengan stimulan yang akan memberikan efek “senang dan aktif”, depresan ini sebaliknya. Ini adalah jenis psikotropika yang membuat sistem kerja saraf menurun.
Saat seseorang mengonsumsi depresan, badannya akan cenderung menjadi tenang dan rileks. Tapi jika berlebihan dikonsumsi, seseorang bisa tidak sadarkan diri.
Dua di antara contoh depresan yakni, diazeoam dan amomarbital.
3. Halusinogen
Halusinogen adalah kategori psikotropika yang dapat mengacaukan sistem kerja saraf pusat. Mengonsumsi halusinogen, berisiko merusak cara berpikir. Karena otak jadi berimajinasi dan kesulitan membedakan dunia nyata dengan khayalannya sendiri.
Penggunaan berbagai jenis halusinogen bisa berdampak kerusakan otak, gangguan daya ingat, hingga berisiko kematian.
Psikotropika Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Golongan I: sangat kuat hanya digunakan dalam penelitian dan pengecekan efeknya. Contohnya, ekstasi.
Golongan II: Lumayan kuat. Digunakan dalam penelitian ataupun pengobatan di bawah pemantauan dokter. Contohnya, amfetamin.
Golongan III: cukup kuat. Hanya digunakan untuk terapi, pengobatan, dan penelitian. Contohnya, amibarbital.
Golongan IV: Ringan. Contohnya, diazeoam.