Suara.com - Saat sejumlah negara tengah menghadapi pandemi Covid-19, Provinsi Tshopo, timur laut Republik Demokratik Kongo justru tengah menghadapi wabah meningitis.
Bahkan, wabah meningitis ini telah menewaskan 129 dari 267 orang yang telah terinfeksi sejak kasus pertama ditemukan pada Juni.
Seperti dikutip dari ANTARA, investigasi pada awal Juni di dekat Panga, sekitar 270 kilometer utara Kota Kisangani, menemukan pasien menderita demam, sakit kepala, leher kaku, dan kesulitan berbicara. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Jean-Jacques Mbungani.
Hasil tes Institut Pasteur di Paris mendeteksi salah satu jenis bakteri yang paling umum, Neisseria meningitidis, yang berpotensi menyebabkan wabah besar, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Ngeri! Gunung Nyiragongo di Kongo Meletus, Lahar Mengalir ke Jalanan Kota
Meningitis ditularkan melalui ciuman, bersin, atau batuk pada seseorang, atau tinggal dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi.
Orang-orang dari segala usia dapat tertular meningitis, tetapi penyakit ini terutama menyerang bayi, anak-anak dan remaja.
"Kami bergerak cepat, mengirimkan obat-obatan dan mengerahkan para ahli untuk mendukung upaya pemerintah mengendalikan wabah dalam waktu sesingkat mungkin," kata Direktur Regional WHO Afrika Matshidiso Moeti.
Provinsi Tshopo terletak di sabuk meningitis Afrika, yang membentang di seluruh benua dari Senegal hingga Ethiopia.
Kongo telah dilanda sejumlah wabah di masa lalu, termasuk wabah pada 2009 yang menginfeksi 214 orang dan menyebabkan 15 kematian, menurut WHO.
Baca Juga: Gunung Nyiragongo Meletus, Ribuan Warga Kongo Mengungsi ke Rwanda
Selain dilanda konflik bersenjata selama bertahun-tahun, korupsi, dan kekurangan dana, sistem kesehatan Kongo dalam empat tahun terakhir telah memerangi empat wabah Ebola, kolera dan campak endemik, wabah pes, dan pandemi COVID-19.