Suara.com - Kita mengenal golongan darah terbagi menjadi empat, yakni A, B, O, dan AB. Tapi, jika dibagi berdasarkan sistemnya, golongan darah hanya terbagi menjadi dua. Yaitu, sistem ABO dan sistem Rhesus.
Dikutip dari Ruang Guru, sistem yang paling sering dipakai dalam golongan darah adalah sistem ABO. Tapi bukan berarti sistem golongan darah yang lain, tidak penting. Ini perbedaannya.
Sistem Golongan Darah ABO
Sistem golongan darah ABO ditemukan oleh ilmuwan Karl Landsteiner. Pada sistem ABO, golongan darah ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat pada eritrosit. Sedangkan aglutinin adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma darah.
Baca Juga: Percobaan Mengerikan Ilmuwan China: Tikus Jantan Bisa Hamil dan Melahirkan
Baik aglutinogen maupun aglutinin terbagi menjadi dua jenis. Aglutinogen terbagi menjadi aglutinogen A dan aglutinogen B. Sedangkan aglutinin terbagi menjadi α dan β. Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan aglutinin β menggumpalkan B.
Golongan darah O dikenal sebagai donor universal yang berarti bisa mendonorkan ke seluruh golongan darah tapi hanya bisa menerima transfusi darah dari golongan O.
Sedangakan golongan darah AB adalah resipien universal. Artinya, bisa menerima transfusi darah dari golongan darah apa pun, tapi hanya bisa mendonor untuk AB saja.
Sistem Golongan Darah Rhesus
Sistem golongan darah rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan sistem ini, ada dua jenis rhesus, yaitu rhesus positif dan rhesus negatif.
Pada golongan darah dengan Rhesus positif terdapat Aglutinogen/antigen tapi tidak memiliki Aglutinin/antibodi. Sedangkan pada Rhesus negatif sebaliknya.
Baca Juga: Metamorfosis: Pengertian dan Tahap-tahapnya
Oleh sebab itu, rhesus positif tidak bisa memberikan darahnya ke rhesus negatif karena akan terjadi penggumpalan antigen donor oleh antibodi resipien. Namun sebaliknya, rhesus negatif tetap dapat mendonorkan darahnya ke rhesus positif.
Apabila seorang perempuan dengan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, maka ketika perempuan tersebut mengandung anak dengan rhesus positif untuk pertama kalinya maka tidak akan terjadi apapun pada bayinya.
Akan tetapi, jika perempuan tersebut mengandung bayi dengan rhesus positif untuk kedua kalinya, maka akan terjadi Eritroblastosis fetalis pada bayi karena antibodi ibu yang sudah terbentuk akan menggumpalkan antigen yang ada darah bayi. Efeknya, antibodi ibu akan memakan darah bayi dan bayi yang dilahirkan akan mengalami anemia akut.