Studi: Perlindungan Vaksin Covid-19 Lebih Rendah Pada 2 Varian Virus Corona

Sabtu, 28 Agustus 2021 | 10:46 WIB
Studi: Perlindungan Vaksin Covid-19 Lebih Rendah Pada 2 Varian Virus Corona
Ilustrasi virus Corona Covid-19, varian virus corona. (Dok. Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa beberapa varian virus corona Covid-19 mungkin kebal terhadap vaksin Covid-19. Studi baru pun menemukan dua varian virus corona yang telah terbukti lebih kebal dari vaksin Covid-19.

Tim peneliti pun menemukan bahwa dua varian virus corona, yakni varian Alpha (B.1.1.7) dan varian Beta (B.1.351) menunjukkan penurunan tingkat antibodi pada orang yang suntik vaksin Pfizer atau sebelumnya terinfeksi virus corona Covid-19.

Varian virus corona Beta pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan. Varian Beta ini juga pertama kali ditemukan di Inggris pada Desember 2020, sebelum varian Delta mulai mendominasi.

Di sisi lain, varian Alpha pertama kali diidentifikasi di Inggris. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat varian Alpha sebagai varian dalam kekhawatiran karena meningkatkan jumlah rawat inap dan kematian.

Baca Juga: Gejala Virus Corona Covid-19, Perhatian 5 Perubahan Ini Pada Mata!

Fikadu Tafesse, asisten profesor mikrobiologi molekuler dan kekebalan di OHSU School of Medicine mengatakan bahwa para ahli pasti sudah tahu kalau virus corona Covid-19 ini terus berkembang.

Ilustrasi Vaksin Covid-19. [Pixabay/PhotoLizM]
Ilustrasi Vaksin Covid-19. [Pixabay/PhotoLizM]

Meskipun perlindungan dari vaksin Covid-19 berkurang terhadap dua varian virus corona yang menjadi perhatian ini. Tapi, para peneliti menemukan bahwa vaksin Covid-19 dan riwayat infeksi virus corona sebelumnya masih memberikan sejumlah perlindungan.

Dalam penyelidikan, para peneliti menggunakan varian otentik yang diisolasi dari pasien. Mereka memperoleh varian otentik ini dari repositori nasional.

Mereka membudidayakan garis sel dari virus corona Covid-19 aslinya bersama dengan dua varian virus corona lain. Kemudian, setiap sampel virus corona dicampur dengan sampel darah yang dikumpulkan dari 50 orang yang telah menerima vaksin Pfizer dan 44 orang yang pernah terinfeksi virus corona.

Lalu, tim peneliti mengukuran tingkat efektivitas antibodi dalam memblokir infeksi dari setiap jenis virus corona Covid-19. Temuan mengungkapkan ada pengurangan efektivitas sembilan kali lipat dibandingkan dengan virus corona Covid-19 aslinya.

Baca Juga: Honda Batasi Pasokan Unit di Asia Tenggara, Dampak Virus Corona di Sektor Otomotif

Hasilnya pun mengungkapkan adanya penurunan nyata dalam efektivitas antibodi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Mereka mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa vaksin Pfizer terus memberikan perlindungan terhadap varian virus corona, meskipun tingkat keseluruhan antibodi penetralisir lebih rendah dibandingkan jenis virus corona Covid-19 sebelumnya.

Marcel Curlin, profesor kedokteran di OHSU School of Medicine, tetap optimis bahwa vaksinasi yang meluas dan ditambah protokol kesehatan yang ketat bisa mencegah penyebaran virus corona Covid-19.

"Influenza adalah penyakit yang memiliki potensi variabilitas jauh lebih besar dari virus corona Covid-19. Jadi, mudah-mudahan virus corona Covid-19 akan lebih mudah dikendalikan," kata Marcel Curlin dikutip dari Express.

Albert Boula, CEO Pfizer, mengatakan memang ada kemungkinan varian virus corona akan resisten terhadap vaksin Covid-19 yang tersedia sekarang ini.

Tapi, setiap kali varian baru virus corona itu muncul, para ilmuwannya berusaha mengatasi varian baru tersebut. Mereka juga masih mencuri tahu varian virus corona yang kebal terhadap vaksin Covid-19 buatannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI