Suara.com - Seseorang yang pernah mengalami serangan stroke wajib memperbaiki gaya hidup dan senantiasa menjaga kesehatan agar terhindar dari serangan stroke untuk kedua kalinya.
Stroke sendiri merupakan kondisi gangguan berupa berkurangnya pasokan darah ke otak, yang bisa disebabkan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecah pembuluh darah (stroke hemoragik).
Dikatakan Ketua Indonesian Stroke Society dr. Adin Nulkhasanah, serangan stroke bisa terjadi berulang kali. Lebih parah lagi, kejadian serangan stroke kedua, ketiga, keempat dan seterusnya bisa lebih berbahaya dibanding serangan stroke pertama.
"Jika kecacatan akibat serangan stroke yang pertama masih bisa jalan, maka kecacatan akibat serangan stroke kedua mungkin jalannya harus pakai tongkat," ujar dr. Adin dalam acara peluncuran FAST Rescue, Jumat (27/8/2021).
Baca Juga: Jadi Bagian dari Gaya Hidup, Smartphone Jangan Cuma Buat Main Medsos Ya!
Ia menambahkan gejala dan risiko kerusakan akibat insiden serangan stroke yang berulang, sangat jarang tingkat keparahannya lebih ringan dari serangan stroke sebelumnya.
Serangan stroke berulang juga jadi tanda bahwa penderita mengabaikan faktor risiko pemicu serangan stroke kembali terjadi.
"Apa saja faktor risiko penyebab sumbatan, dan faktor risiko ini harus tetap dijaga saat kembali pulang, agar serangan stroke tidak kembali terjadi," tambah dr. Adin.
Seperti diketahui, saat serangan stroke terjadi setiap detik ada satu sel saraf di otak yang mati, yang akhirnya mempengaruhi fungsi tubuh.
Padahal sel saraf di otak yang sudah mati tidak bisa dikembalikan, itulah mengapa orang yang pernah mengalami serangan stroke sulit untuk pulih seperti sedia kala.
Baca Juga: Sambut Shopee 9.9 Super Shopping Day, Produk Makanan Sehat Diskon Hingga 35 Persen!
Itu juga yang menyebabkan dalam penanganan serangan stroke dikenal istilah golden time period selama 4,5 jam. Semakin lama tidak tertangani semakin banyak pula sel saraf otak yang mati.
"Memanfaatkan golden time period akan memperbaiki 40 persen, tidak bisa pulih 100 persen," pungkas dr. Adin