Suara.com - Sebuah studi menemukan orang yang tinggal di perkotaan dengan lampu jalanan terang benderang lebih berisiko mengalami serangan jantung yang mematikan.
Karena, perkotaan termasuk wilayah yang paling tercemar dan udaranya lebih beracun sehingga bisa memicu serangan jantung. Tapi, serangan jantung berbeda dengan henti jantung.
Henti jantung terjadi ketika jantung berhenti mendadak tanpa sebab. Sedangkan, serangan jantung terjadi ketika suplai darah jantung terputus.
Sebuah studi baru di Italia menemukan bahwa semakin banyak polutan di udara pada hari tertentu, maka semakin banyak pula penduduk yang berisiko mengalami serangan jantung.
Baca Juga: Ilmuwan Pesimis Asal Usul Virus Corona Bisa Terungkap, Mengapa?
"Kami telah mempelajari 7 polutan umum dan menemukan bahwa konsentrasi polutan yang meningkat akan meningkatkan risiko serangan jantung," kata Dr. Francesca R. Gentile dari IRCCS Policlinico San Matteo Foundation, Pavia, Italia dikutip dari The Sun.
Temuan penelitian ini pun menunjukkan bahwa kualitas udara harus dimasukkan ke dalam model prediktif untuk membantu sistem kesehatan dalam merencanakan kebutuhan layanan.
Karena, polusi udara bisa mengiritasi pembuluh darah melalui stres oksidatif yang bisa meningkatkan tekanan darah, risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan diabetes. Semua dampaknya ini sama seperti merokok.
Penelitian yang dilakukan di provinsi Pavia, Lodi, Cremona dan Mantua di Lombardy selatan ini mencakup lebih dari 1,5 juta penduduk di daerah pedesaan dan perkotaan.
Konsentrasi 5 jenis polutan yang lebih tinggi berkaitan dengan risiko tinggi serangan jantung. Lima jenis polutan itu adalah PM10, PM2.5, nitrogen dioksida, karbon monoksida, benzena, dan sulfur dioksida yang membahayakan kesehatan manusia.
Baca Juga: Pakar WHO Peringatkan Bahwa Waktu Untuk Cari Asal Usul Virus Corona Hampir Habis
PM2.5 dan nitrogen dioksida adalah dua polutan yang menjadi perhatian terbesar di London. Dr Gentile mengatakan temuan mengenai hubungan antara konsentrasi polutan individu dan risiko serangan jantung yang tinggi bisa memprediksi kondisi mengancam jiwa tersebut.
"Kami berharap polutan udara bisa meningkatkan efisiensi layanan kesehatan. Selain menjadi ancaman bagi ekosistem, udara yang kotor juga dianggap sebagai faktor yang bisa memicu penyakit kardiovaskular," kata Dr Gentile.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet Planetary Health, menemukan bahwa risiko serangan jantung meningkat hingga empat persen untuk setiap 10 g/m3 peningkatan PM2.5.
Selain meningkatkan serangan jantung, polusi udara juga berkaitan dengan risiko obesitas, tekanan darah tinggi pada anak-anak, demensia, infeksi virus corona Covid-19 yang parah, serangan asma dan penyakit mental.