Suara.com - Penelitian tentang asal usul virus Corona penting dilakukan untuk memprediksi sekaligus mencegah kemungkinan terjadinya pandemi lanjutan.
Sayangnya, para ilmuwan mengaku pesimis asal usul virus Corona bisa terungkap. Apa penyebabnya?
Melansir BBC Indonesia, ahli virologi Belanda Profesor Marion Koopmans yang juga anggota tim peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan bahwa risiko pandemi di masa depan semakin tinggi, yang membuat penelitian asal usul virus Corona semakin penting.
"Karena cara dunia berubah - peningkatan populasi, kepadatan, dan lebih banyak interaksi antara manusia dan hewan, kita perlu belajar di mana ada kesalahan dan bagaimana kita bisa menghindarinya di masa depan," ujarnya.
Baca Juga: Bertambah Ratusan Orang, RSD Wisma Atlet Kini Rawat 1.158 Pasien Positif Covid-19
Hingga saat ini, peneliti menyebut penelitian asal usul virus Corona terhambat. Padahal, peneliti sudah berhasil datang ke Wuhan, tempat kasus Covid-19 pertama dilaporkan.
Sempat muncul dugaan awal bahwa Covid-19 merupakan senjata biologis yang tidak sengaja bocor, dan China harus bertanggung jawab.
Namun, dalam laporan mereka tim WHO menyimpulkan bahwa meskipun tidak mungkin untuk menentukan bagaimana Sars-Cov-2 pertama kali menginfeksi manusia, semua bukti yang ada menunjukkan bahwa virus berasal dari hewan secara alami dan bukan virus yang dimanipulasi atau dibuat.
"Jika kita berbicara tentang kecelakaan di laboratorium, maka mereka seharusnya masih memiliki virus yang sama persis di laboratorium itu supaya bisa tidak sengaja dilepaskan. Kami tidak menemukan indikasi itu," kata Prof Koopmans.
Dugaan terkuat selanjutnya adalah virus melompat dari kelelawar ke manusia, lewat hewan ternak berbulu seperti cerpelai dan anjing rakun. Sebab penelitian serologi mengungkap, kerabat terdekat virus Sars-Cov-2 yang menginfeksi manusia ditemukan juga di kelelawar.
Baca Juga: Sudah Vaksinasi Dosis Kedua, Warga Kalbar Diingatkan Proteksi Diri
Pada kunjungan tersebut, penelitian mengambil sampel dari hewan liar yang diternakkan, seperti cerpelai dan anjing rakun, yang diduga menjadi inang perantara virus melompat dari hewan ke manusia.
Namun hasilnya tidak sesuai harapan. Salah satu sebabnya adalah hewan liar yang diternakkan memiliki umur pendek.
"Semua bukti yang ada menunjukkan bahwa virus berasal dari hewan secara alami dan bukan virus yang dimanipulasi atau dibuat," katanya lagi.
Prof Koopmans mengatakan kunjungan ke Wuhan tidak memberikan hasil maksimal, karena ada kepentingan politik yang menyertainya. China dikatakannya, tersinggung dengan tuduhan terkait virus Covid-19 dibuat dengan sengaja.
Ia juga menyebut tidak mungkin rasanya menemukan pasien nol alias patien zero, pasien pertama yang didiagnosis mengidap Covid-19. Sebab, riset untuk melakukan hal tersebut harus dilakukan secara mendalam.
"Tapi yang perlu kita pelajari adalah, bagaimana kita bisa mengenali mana yang benar-benar 'kuman jahat'. Ada berbagai macam [virus kelelawar], jadi mana yang benar-benar berisiko tinggi? Dan bagaimana kita bisa mengenalinya? Itulah pelajaran yang sebenarnya bisa kita ambil dari studi ini," tutur Prof Koopmans.