IAKMI: Kondisi Geografis Pengaruhi Penanganan COVID-19 di Indonesia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 26 Agustus 2021 | 17:03 WIB
IAKMI: Kondisi Geografis Pengaruhi Penanganan COVID-19 di Indonesia
Ilustrasi Covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kondisi geografis Indonesia menurut pakar memengaruhi penanganan COVID-19. Salah satu sebabnya, wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.

Melansir ANTARA, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan meski di Jawa kasus Covid-19 cenderung menurun, di daerah lainnya malah meningkat.

"Indonesia dengan situasi (COVID-19) kita saat ini memang cukup tinggi kasusnya, walaupun sebagian besar wilayah di Pulau Jawa relatif menurun belakangan ini. Tetapi secara global, banyak negara yang sudah melewati puncak pandemi dan kasusnya sudah relatif terkendali," kata Hermawan Saputra.

Hermawan mengatakan penetapan status pandemi merupakan kewenangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang suatu waktu bisa saja mencabut status dari global pandemi, sehingga masing-masing negara akan berpotensi mengalami endemi di mana kasus COVID-19 bisa bertahan cukup lama.

Baca Juga: Ratusan Napi di Cianjur Disuntik Vaksin Dosis Kedua

Ilustrasi covid-19. (Pexels)
Ilustrasi covid-19. (Pexels)

"Bisa saja di masing-masing negara ada kasus yang bertahan, tetapi sedikit dapat dimitigasi dengan baik risikonya. Tetapi bisa jadi juga di beberapa negara akan ada kasus yang tetap tinggi, walaupun WHO sudah mencabut status pandemi," katanya.

Hermawan mengatakan Indonesia berpotensi menjadi negara dengan kasus endemi COVID-19 yang relatif tinggi atau hyperendemi, sebab dipengaruhi situasi geografi dan demografi.

Ia mengatakan pengendalian pandemi di berbagai wilayah di Nusantara, seperti Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, masih berbeda-beda.

"Perbedaan geografi dan demografi wilayah menyebabkan tingkat pengendalian akan berbeda-beda. Boleh jadi akan ada terus virus ini dan potensial pandemi, bahkan menjadi hyperendemi," katanya.

Hermawan menambahkan faktor geografi berkaitan dengan lingkungan dan karakteristik wilayah. Misalnya kawasan perkotaan yang identik dengan kaum urban, seperti di Medan, Makassar, Manado, Surabaya, Semarang dan kota-kota besar lain.

Baca Juga: Anak Yatim Piatu Korban COVID-19 Perlu Dapat Bantuan, Ini Saran KPAI

"Kategori urban perkotaan seperti ini memungkinkan masyarakat itu mobilitasnya tinggi, kepadatan aktivitas sehingga potensi transmisi yang disebabkan kerumunan dan keramaian tetap akan berlangsung. Itu satu kondisi dari aspek geografi," katanya.

Sementara pengaruh demografi, kata Hermawan, berkaitan dengan perilaku masyarakat yang dilatarbelakangi pendidikan, sosial, ekonomi dan juga budaya yang berbeda.

"Maka COVID-19 yang memang menular melalui droplet kaitan dengan perilaku, kaitan dengan aktivitas juga berpengaruh terhadap daya tahan masing-masing daerah," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI