Studi: Kurang Menikmati Waktu Luang Berakibat Fatal Bagi Kesehatan Mental

Risna Halidi | Aflaha Rizal Bahtiar
Studi: Kurang Menikmati Waktu Luang Berakibat Fatal Bagi Kesehatan Mental
Ilustrasi mengisi waktu luang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dikatakan bahwa orang yang sedikit menikmati waktu luangnya memiliki masalah kesehatan mental yang buruk.

Suara.com - Sebuah penelitian dari Ohio State University mengungkapkan, orang yang menghabiskan waktu luangnya lebih sedikit, berisiko memiliki masalah stres dan depresi.

Hal ini diungkap oleh rekan penulis studi Selin Malkoc. Dikatakan bahwa orang yang sedikit menikmati waktu luangnya memiliki masalah kesehatan mental yang buruk.

"Ada banyak penelitian yang menunjukkan, bahwa waktu luang memiliki manfaat kesehatan mental dan membuat kita lebih produktif, serta mengurangi dampak stres," ungkapnya yang dilansir dari Healthshots.

"Tetapi kami menemukan, jika orang mulai percaya bahwa waktu luang itu sia-sia, mereka mungkin akan menjadi lebih tertekan dan lebih stres," lanjut Selin Malkoc.

Baca Juga: 7 Obat Herbal Indonesia yang Terbukti Ampuh Atasi Stres dan Kecemasan

Lewat survei yang dilakukan kepada 199 mahasiswa, mereka kemudian dinilai terkait seberapa banyak
menikmati kegiatan rekreasi selama waktu luang dan mengukur tingkat kebahagiaan, depresi, kecemasan dan stres mereka.

Hasilnya menunjukkan, semakin partisipan menganggap waktu luang itu percuma, maka semakin sedikit pula mereka menikmati kegiatan di waktu luangn serta semakin rendah tingkat kebahagiannya.

Dampaknya, mereka juga berisiko meningkatkan kecemasan, depresi, hingga stres.

Pandangan negatif tentang waktu luang bukan hanya masalah di negara Amerika Serikat, tetapi juga India.

"Kita hidup dalam masyarakat global, dan juga mendengar pesan yang sama betapa pentingnya menjadi sibuk dan produktif," ungkap rekan penulis studi di Ohio State, Rebecca Reczek.

Baca Juga: Duka yang Diabaikan: Remaja Kehilangan Orang Tua, Siapa Peduli?

"Hasil kami juga menunjukkan, ketika mereka menganggap waktu luang adalah pemborosan, mereka justru lebih tertekan dan kurang bahagia," ungkap Rebecca.