Daripada Vaksin Dosis Ketiga, Pakar Lebih Anjurkan Pakai Masker untuk Cegah Varian Delta

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 25 Agustus 2021 | 20:22 WIB
Daripada Vaksin Dosis Ketiga, Pakar Lebih Anjurkan Pakai Masker untuk Cegah Varian Delta
Ilustrasi pakai masker. (unsplash/engin akyurt)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kontroversi vaksin Covid-19 dosis ketiga yang mulai diberikan sejumlah negara mendapat kritikan keras dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bahkan, epidemiolog WHO menyebut pemberian vaksin dosis ketiga bagai penumpang kapal yang memiliki rompi penyelamat ekstra dan membiarkan yang lain tenggelam.

Padahal menurut Christina Pagel dari University College London, Inggris, cara terbaik mencegah Covid-19 varian Delta adalah menggunakan masker.

"Saya pikir semua orang harus memakai masker di dalam ruangan di tempat publik, karena fungsi utamanya adalah melindungi orang lain dan bukan diri sendiri," katanya.

Baca Juga: Dosis Ketiga Alias Booster: Efektif atau Cuma Buang-buang Vaksin Covid-19?

ilustrasi masker dua lapis. (Dok. Envato)
ilustrasi masker dua lapis. (Dok. Envato)

Data terbaru tentang kemampuan varian Delta untuk menginfeksi dan ditularkan oleh orang yang sudah divaksinasi mengindikasikan bahwa imunisasi massal barangkali tidak cukup untuk mengendalikan virus tersebut.

Alih-alih hanya mengandalkan vaksin, para ilmuwan mengatakan bahwa untuk melawan Delta kita perlu menerapkan langkah-langkah protektif - yang menawarkan lapisan perlindungan tambahan dari virus.

"Saya juga berpikir orang yang sudah divaksinasi tidak boleh diberikan pengecualian khusus dari langkah-langkah protektif karena ada semakin banyak bukti bahwa mereka dapat cukup mudah menginfeksi orang lain dengan varian Delta," tuturnya, dilansir BBC Indonesia.

Sementara itu, ia menekankan, ada kebutuhan yang sangat nyata dan mendesak untuk dosis pertama bagi mayoritas orang di dunia.

Ia juga tidak menutup kemungkinan akhirnya dosis booster akan dibutuhkan, Namun keputusan tersebut tetap tidak bisa mengalihkan suplai yang dapat disalurkan ke negara-negara miskin.

Baca Juga: WHO: Asia-Pasifik Hadapi Fase Kritis Pandemi COVID-19

"Ada kebutuhan yang sangat nyata dan mendesak untuk dosis pertama bagi mayoritas orang di dunia," ujarnya.

"Kita memilih rute paling lambat dan paling mahal untuk keluar dari pandemi dengan bertindak sendiri," tutup Pagel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI