Viral Video Pejabat Dapat Vaksin Booster, WHO: Memperburuk Ketimpangan Stok Vaksin

Rabu, 25 Agustus 2021 | 17:48 WIB
Viral Video Pejabat Dapat Vaksin Booster, WHO: Memperburuk Ketimpangan Stok Vaksin
Ilustrasi Vaksin Covid-19 (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Viral video rekaman obrolan para pejabat yang mengaku mendapat suntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau vaksin booster, dan melapor ke Presiden Jokowi.

Beberapa pejabat yang terlibat obrolan itu di antaranya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit, Gubernur Kalimantan Timur Irsan Noor, dan Wali Kota Samarinda Andi Harun.

Para pejabat ini mengaku ke Jokowi sudah mendapatkan vaksin booster, yang sebelumnya ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan RI, bahwa vaksin booster hanya untuk tenaga kesehatan (nakes) yang berada di garda terdepan penanganan pandemi Covid-19.

“Kami mengimbau kepada pemerintah daerah untuk memberikan vaksin merek Moderna sebagai dosis ketiga hanya kepada nakes,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI melalui keterangannya beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Ribuan Mahasiswa di Daerah Ini Belum Divaksin Covid-19

"Selain untuk nakes, vaksin Covid-19 Moderna juga diperuntukkan bagi publik, khususnya ibu hamil dan masyarakat yang memiliki komorbid, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi sama sekali," sambung dr. Nadia.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO juga tidak merekomendasikan vaksin booster untuk diberikan, lantaran bisa memperburuk ketimpangan stok vaksin di berbagai daerah dan negara yang membutuhkan.

"Pemberian dosis booster akan memperburuk ketidaksetaraan dengan menaikkan permintaan vaksin yang langka. Sementara ada populasi prioritas penerima vaksin di beberapa negara," tulis WHO melalui kesimpulan keterangan yang dirilis di situs resminya pada 10 Agutus 2021, dikutip suara.com, Rabu (25/8/2021).

WHO juga menegaskan, jika saat ini fokus yang harus dikejar yakni meningkatkan cakupan vaksinasi secara global di setiap negara, yakni satu orang memperoleh dua dosis vaksin Covid-19.

Tidak hanya itu, menurut WHO, jikapun terpaksa menyuntikkan vaksin booster, harus berdasarkan bukti dan ditargetkan untuk kelompok populasi yang paling membutuhkan.

Baca Juga: Pantau Program Vaksinasi COVID-19, Ombudsman Jabar Minta Warga Lakukan Ini

"Alasan untuk menerapkan dosis booster harus disertai bukti berkurangnya efektivitas vaksin yang disuntikan. Khususnya berkurangnya perlindungan bagi pengidap sakit parah atau kelompok berisiko tinggi terinfeksi VOC (variant of concern)," jelas WHO.

VOC adalah pengelompokan varian virus corona baru yang patut diwaspadai, seperti B.1.1.7 pertama kali ditemukan di Inggris, B.1.351 pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, dan B.1.1.28.1 alias P.1 pertama kali ditemukan di Brasil dan Jepang.

"WHO secara hati-hati memantau situasi dan akan terus bekerja sama dengan negara-negara untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk rekomendasi kebjakan," tutup WHO.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI