Begini Cara Biofarma Cegah Pemalsuan Vaksin Covid-19 di Masyarakat

Selasa, 24 Agustus 2021 | 17:10 WIB
Begini Cara Biofarma Cegah Pemalsuan Vaksin Covid-19 di Masyarakat
Ilustrasi vaksin Covid-19 (Unsplash.com/@3dparadise).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan milik negara Biofarma menjadi penanggung jawab distribusi vaksin Covid-19 ke seluruh provinsi hingga Kabupaten/Kota di Indonesia. Anak perusahaan Kimia Farma itu lakukan pengawasan khusus untuk mencegah terjadinya pemalsuan vaksin Covid-19. 

Juru bicara vaksinasi BioFarma Bambang Heriyanto mengatakan, perusahaannya menempatkan kemasan vaksin pada sistem track and trace untuk memonitor proses distribusi vaksin hingga disuntikan ke masyarakat.  

"Bisa kita pantau vaksinnya. Misalnya baru sampai provinsi mana, kemudian setelah sampai ke provinsi akan disalurkan ke kabupaten/kota itu juga akan terpantau jumlahnya. Sampai di kabupaten/kota hingga disampaikan ke Puskesmas," kata Bambang dalam dialog virtual Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (24/8/2021).

Ia menambahkan, sistem pengawasan itu menggunakan barcode pada setiap batch vaksin yang didistribusikan. Mulai dari jumlah dosis vaksin hingga nomor batch yang disuntikan kepada masyarakat akan tercatat dalam sistem pelacakan.

Baca Juga: Percepat Herd Immunity, Nakes di Klinik Kecantikan Ini Ikut Bantu Vaksinasi Covid-19

"Untuk mencegah pemalsuan karena setiap batch yang kita keluarkan itu data, didistribusikan. Jadi jumlahnya berapa, nomor batch berapa, itu terdata dengan baik. Termasuk juga masyarakat yang menerima vaksin itu nanti langsung terlihat nomor berapa yang dia akan dapatkan," jelasnya.

Data Satgas Penanganan Covid-19 per 22 Agustus 2021, jumlah vaksin Covid-19 yang sudah terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia sebanyak 114,35 juta dosis.

Bambang melanjutkan, kebutuhan rantai dingin menjadi tantangan terberat dalam distribusi vaksin ke setiap daerah. Terutama dalam penyaluran vaksin yang membutuhkan ruang penyimpanan hingga derajat minus, seperti Moderna dan Pfizer

Ia menekankan bahwa ruang penyimpanan itu harus sesuai dengan standar yang sudah ditentukan agar kualitas vaksin tetap baik.

"Kita harus mendistribusikan dalam suatu rantai dingin yang dimulai dari kita ambil impor dari luar sampai ke Biofarma, dari sisi produksi, hingga kemudian dikeluarkan distribusi (ke daerah). Itu harus dijaga suhunya sehingga kualitas dari vaksin tetap terjaga," ucapnya.

Baca Juga: Soal Warga Bogor Masih Ada Yang Beranggapan Vaksin Covid-19 Konspirasi, Ini Kata IPB

Menurut Bambang, Indonesia sudah cukup berpengalaman dalam mendistribusikan vaksin yang karakteristiknya seperti Sinovac. Artinya, cukup disimpan dalam suhu ruang penyimpanan 2 sampai 8 derajat. Namun tantangannya ketika harus menyiapkan rantai dingin yang cukup ekstrim, seperti untuk Moderna dan Pfizer.

"Moderna itu minus 20 (derajat). Kemarin baru saja datang juga vaksin Pfizer itu harus disimpan pada suhu minus 70. Itu betul-betul tantangan dalam mendistribusikan," ujarnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI