Suara.com - Pandemi Covid-19 yang sudah merajalela selama lebih dari 18 bulan telah merenggut banyak nyawa. Sayangnya, masih ada yang menganggap penyakit ini hanya sekadar konspirasi.
Peneliti Mental Health sekaligus pakar psikologi Ananda Maulida, S.Psi, M.PSi, mengatakan bahwa pandemi bisa menciptakan krisis sosial akibat munculnya kecemasan dan kekhawatiran terkait Covid-19.
“Pandemi Covid-19 ini kan krisis sosial ya, jadi ini merupakan kejadian yang tidak pasti yang bisa memicu kecemasan dan kekhawatiran,” ungkapnya dalam acara Mental Health VS Pandemic, Minggu (22/8/2021).
“Pandemi Covid-19 ini, memang masih dianggap sebagian sebagai penciptaan keyakinan konspirasi,” ungkapnya lebih lanjut.
Baca Juga: Covid-19 Disebut Akan Jadi Endemi, Apa Beda Endemi dengan Pandemi?
Kenapa bisa begitu? Ananda Maulida menjelaskan, respons seseorang menghadapi pandemi bermacam-macam. Ada yang mementingkan perlindungan diri dengan memakai masker misalnya, ada juga yang mengantisipasi penularan dengan menjaga jarak.
Namun ada juga orang yang menganggap pandemi adalah kesengajaan dan bertujuan menguntungkan sebagian orang. Orang-orang ini yang biasanya menyebut pandemi sebagai konspirasi.
“Jadi hal ini bisa memicu masyarakat lebih percaya dengan konspirasi,” kata Ananda Maulida.
Ananda menyebut bisa saja memercayai teori konspirasi tentang pandemi menjadi cara orang tersebut mengelola stres. Di mana, salah satu penyebab stres tersebut adalah ketidak jelasan atau informasi yang tidak konsisten.
Jika ini terjadi pada orang di sekitar Anda, cara terbaik untuk memberi nasihat adalah memberikan informasi dengan jelas secara baik-baik.
Baca Juga: 3 Cara Dahsyat yang Bantu Kamu Mengurangi Dampak Buruk dari Obsesi Berlebih
“Mereka yang tidak percaya dengan Covid-19 itu sebenarnya udah capek. Kayak informasi tidak konsisten misalnya. Jadi kita memang tidak bisa menghindari pemikiran konspirasi, tapi kita bisa meluruskan itu dengan pesan yang baik-baik,” tutupnya.