Kasus Covid-19 Meluas, Selandia Perpanjang Lockdown

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 19 Agustus 2021 | 17:10 WIB
Kasus Covid-19 Meluas, Selandia Perpanjang Lockdown
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. [Marty MELVILLE / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memperpanjang lockdown nasional pada hari Jumat ketika jumlah kasus COVID-19 di negara itu melonjak dan wabah meluas ke luar kota terbesarnya, Auckland, ke ibu kota, Wellington.

Warga Selandia Baru telah hidup bebas virus dan tanpa pembatasan sampai Ardern pada Selasa memerintahkan penguncian nasional 3 hari dan penutupan tujuh hari di Auckland setelah menemukan kasus pertama negara itu sejak Februari.

Ardern memperpanjang lockdown hingga tengah malam pada 24 Agustus, dengan mengatakan bahwa wabah telah meluas ke kota-kota lain.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

“Kami hanya tidak tahu skala penuh dari wabah Delta ini,” kata Ardern pada konferensi pers.

Baca Juga: Pakar Imunologi: Ini Kondisi Autoimun yang Belum Boleh Disuntik Vaksin Covid-19 Moderna

Otoritas kesehatan mengatakan 11 kasus baru tercatat pada Jumat, tiga di antaranya berada di Wellington. Demikian seperti dilansir dari France24. 

Ketiganya di Wellington baru-baru ini melakukan perjalanan ke Auckland dan telah mengunjungi lokasi yang diidentifikasi terkena wabah, kata kementerian kesehatan dalam sebuah pernyataan.

“Kami ingin seluruh negara dalam siaga tinggi sekarang,” kata Ardern.

Kepala kesehatan Selandia Baru, Ashley Bloomfield, memperingatkan penguncian di Auckland, pusat penyebaran, dapat diperpanjang lebih lanjut.

Ardern telah memenangkan pujian karena menahan transmisi lokal COVID-19 melalui strategi eliminasi, memberlakukan penguncian yang ketat dan menutup perbatasan internasional Selandia Baru pada Maret 2020.

Baca Juga: Akibat Lonjakan Kasus Covid-19, 20% Ibu Hamil Meninggal Dunia

Tetapi pemerintahnya sekarang menghadapi pertanyaan tentang peluncuran vaksin yang tertunda, serta meningkatnya biaya di negara yang sangat bergantung pada tenaga kerja imigran.

Hanya sekitar 19 persen dari 5,1 juta penduduk negara itu yang telah divaksinasi sepenuhnya sejauh ini, yang paling lambat di antara negara-negara OECD.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI