Suara.com - Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) menyoroti kebutuhan vaksin COVID-19 yang tinggi di Asia Tenggara, di tengah merebaknya COVID-19 Varian Delta.
Tingginya angka kasus baru dan kematian terjadi karena negara-negara Asia Tenggara tidak mendapatkan dosis vaksin yang dibutuhkan.
IFRC juga menyoroti rapuhnya sistem kesehatan yang terjadi akibat melonjaknya infeksi, sekaligus mengekspos kampanye peluncuran vaksinasi yang lamban.
"Lonjakan COVID-19 yang didorong oleh varian Delta ini menyebabkan korban tragis pada keluarga di seluruh Asia Tenggara dan ini masih jauh dari selesai," kata Direktur Asia Pasifik IFRC Alexander Matheou, dilansir ANTARA.
Baca Juga: Sekolah Tatap Muka di AS Tetap Digelar Meski di Tengah Lonjakan Varian Delta
Tercatat bahwa sebagian besar negara Asia Tenggara termasuk Vietnam, Thailand, dan Indonesia telah mencatat rekor infeksi atau kematian COVID-19.
Malaysia pada Rabu melaporkan 22.242 kasus virus corona yang merupakan rekor infeksi harian, sementara Thailand mengumumkan 312 kematian--rekor peningkatan untuk hari kedua berturut-turut.
Indonesia melaporkan 1.128 kematian, turun dari level terburuknya di atas 2.000 kematian pada akhir bulan lalu, tetapi masih merupakan angka kematian harian tertinggi untuk negara mana pun di dunia.
Namun sementara negara-negara seperti Kanada, Spanyol, dan Inggris telah sepenuhnya memvaksin lebih dari 60 persen penduduknya, dan Amerika Serikat lebih dari 50 persen, negara-negara Asia Tenggara jauh tertinggal, menurut data Reuters.
Sebaliknya, Indonesia dan Filipina, negara terpadat di Asia Tenggara, baru memvaksin lengkap sekitar 10-12 persen penduduknya, sementara vaksinasi di Vietnam berada di bawah 2 persen.
Baca Juga: AS Siap Luncurkan Dosis Tambahan Suntikan Vaksin Covid-19
“Dalam jangka pendek, kita membutuhkan upaya yang jauh lebih besar dari negara-negara kaya untuk segera membagikan jutaan dosis vaksin berlebih mereka kepada negara-negara di Asia Tenggara," ujar Matheou, yang mengatakan bahwa perusahaan vaksin dan pemerintah juga perlu berbagi teknologi dan meningkatkan produksi.
"Minggu-minggu mendatang sangat penting untuk meningkatkan pengobatan, pengujian, dan vaksinasi, di setiap sudut semua negara di Asia Tenggara," kata dia, kemudian menambahkan bahwa harus ada target untuk tingkat vaksinasi 70-80 persen.