Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Konsumsi Gula Berlebih Selama Pandemi

Kamis, 19 Agustus 2021 | 09:42 WIB
Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Konsumsi Gula Berlebih Selama Pandemi
Ilustrasi konsumsi gula berlebih. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak berlebihan dalam konsumsi gula menjadi bagian dalam penerapan asupan makanan bergizi seimbang. Sesuai prinsipnya, gizi seimbang berasal dari berbagai macam sayur, buah, kacang-kacangan dan rempah-rempah yang secara alami mengandung serat pangan, vitamin, mineral, elektrolit, dan phytochemical.

"Sebab, tidak ada satu jenis bahan makanan dengan kandungan gizi yang lengkap. Selain itu disarankan untuk menghindari makanan dan minuman yang diberikan tambahan gula, tinggi garam, dan mengandung tinggi lemak jenuh yang tidak baik untuk kesehatan," kata ahli gizi klinik dr. Juwalita Surapsari, Sp. GK., dalam webinar 'Bahaya Salah Asupan Saat Pandemi dan Isoman' bersama Re.Juve, Rabu (18/8/2021).

Sesuai dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan, lanjut dokter Juwalita, konsumsi gula harian setiap orang tidak boleh lebih dari 50 gram atau 4 sendok makan. Meski memang dibutuhkan tubuh sebagai salah satu sumber energi, tetapi kelebihan gula tambahan dari makanan dan minuman justru bisa menurunkan imunitas.

“Secara umum, bahaya yang dapat ditimbulkan dari konsumsi pangan dengan tambahan gula berlebih adalah menurunnya kemampuan sel-sel imun tubuh dalam membasmi penyebab infeksi seperti misalnya virus. Sehingga respons imun tubuh menjadi tidak optimal. Selain itu juga akan berdampak pada terganggunya kondisi psikologis seseorang," jelas dokter Juwalita.

Baca Juga: Konsumsi Seperlunya, 5 Alasan Mengapa Gula Buatan Kurang Baik bagi Kesehatan

Selama masa pandemi Covid-19, terutama pasien terinfeksi virus corona yang menjalani isolasi mandiri di rumah, disarankan konsumsi makanan dan minuman dari bahan segar dan minim proses.

Ia menyarankan untuk memakan sayur, buah, rempah, dan kacang-kacangan karena mengandung nutrisi alami seperti vitamin C, vitamin D, zinc, selenium, zat besi, dan protein. Berbagai nutrisi itu sangat diperlukan bagi tubuh.

Akan tetapi, diakui dokter Juwalita, beberapa orang terkadang tidak selalu bisa memenuhi asupan gizi seimbang dari macam-macam makanan tersebut. Telebih pasien Covid-19 yang alami hilang indera penciuman dan indera pengecap.

"Hal ini cukup menjadi tantangan, terutama bagi pasien Covid-19 yang kehilangan nafsu makan. Bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri atau keluarga yang perlu memenuhi asupan nutrisi alaminya tetapi memerlukan metode yang lebih praktis, produk-produk yang memiliki standar kualitas tinggi tentunya dapat menjadi alternatif yang ideal dan minim risiko untuk kesehatan di masa mendatang,” ujarnya.

Daripada mengandalkan konsumsi makanan olahan, seperti junk foods serta minuman kekinian yang penuh dengan tambahan gula, dokter Juwalita menyarankan lebih baik konsumsi cold-pressed juice yang dibuat dari sayur organik dan buah asli tanpa tambahan bahan apapun.

Baca Juga: Kenali Ragam Jenis Komplikasi Penyakit yang Berisiko Diidap Pasien Diabetes

Kalaupun tak bisa membuatnya sendiri di rumah, merek produk Cold-Pressed Juice seperti Re.juve menjanjikan jus buah dan sayur segar tambahan gula apa pun. Satu botol Cold- pressed Juice Re.juve diklaim terbuat dari hampir satu kilogram 100 persen sayuran organik dan buah-buahan segar berkualitas, bebas pestisida, dan bebas lilin yang mayoritas diambil dari perkebunan lokal.

"Sebagai bagian dari penerapan nilai transparansi yang secara konsisten dijalankan sejak awal berdiri, Re.juve memastikan bahwa seluruh informasi kandungan bahan dan proses pembuatan tertera pada kemasan," kata CEO dan Presiden Direktur Re.juve Richard Anthony.

Menggunakan teknologi High Pressure (HPP) pertama dan satu-satunya di Indonesia, menurut Richard, membuat produk minuman Re.juve tetap aman dan mengandung vitamin, mineral, antioksidan, juga enzim tetap terjaga.

“Selain menjadikan produk Re.juve tahan lebih lama secara alami, teknologi ini mampu mempertahankan cita rasa, nutrisi, dan tekstur produk, serta menurunkan risiko rekontaminasi karena tidak ada kontak langsung terhadap kandungan produk pada saat dan sesudah proses berjalan di mesin High Pressure (HPP) yang kami gunakan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI