Suara.com - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menekankan pentingnya perlindungan bagi anak-anak yang menjadi yatim piatu yang orangtuanya meninggal dunia setelah terpapar Covid-19.
Para anak yatim piatu menjadi tanggung jawab Kemen PPPA untuk memastikan agar mereka tetap mendapat hak salah satunya pendidikan, juga memberikan perlindungan khusus anak. Oleh sebab itu, diperlukannya peran pengasuh pengganti bagi anak-anak tersebut.
"Tujuannya agar proses belajar mengajar anak masih tetap bisa dilakukan,” kata Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA Lenny Rosalin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/8/2021).
Bekerjasama dengan berbagai pihak terkait dan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kemen PPPA turut berperan dan mencari pengasuh pengganti tersebut.
Baca Juga: Makin Banyak Pasien COVID-19 Sembuh di Karawang, Mencapai 94,86 Persen
Lenny mengungkapkan, saat ini jumlah anak-anak yang terpisah dengan orangtua yang meninggal atau sakit di masa pandemi Covid-19 makin bertambah.
Kondisi itu tentunya berdampak besar bagi anak, tidak hanya proses belajar yang terganggu tetapi juga mentalnya.
Di samping memastikan hak anak atas pendidikan, pemantauan kondisi psikis juga dilakukan.
“Kita bekerja sama dengan para psikolog untuk melakukan healing agar anak tidak terganggu psikisnya. Untuk memastikan bahwa secara jiwanya anak tetap sehat, tidak terganggu meskipun di hari-hari awalnya memang sulit bagi anak-anak kita," ujarnya.
Anak-anak yang terdampak itu dikumpulkan untuk belajar bersama. Lenny menegaskan bahwa yang paling penting anak-anak tersebut jangan sampai meninggalkan pendidikannya.
Baca Juga: Polisi Belum Tetapkan Tersangka di Kasus Vaksin Bodong Puskesmas Karawang
Menurutnya, peran sentral orangtua dalam pengasuhan kini bertambah untuk mendampingi anak dalam proses belajar formal tersebut. Orangtua, pengasuh, maupun berbagai pihak lain juga harus bekerjasama dalam berperan memastikan pendidikan anak tidak terhambat.
Menurut Lenny, salah satu kunci untuk menghadapi tantangan dalam pendidikan selama pandemi adalah dengan kehadiran inovasi.
“Inovasi sangat dibutuhkan, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki sarana terbatas. Jadi tidak selalu tergantung oleh pemerintah (pusat). Di beberapa daerah, Pemda banyak yang melakukan inisiatif."
"Misalnya, membuka Kantor Kepala Desa untuk anak-anak yang tidak memiliki perangkat atau media untuk belajar. Kami mengapresiasi hal ini sehingga anak-anak dapat belajar bersama-sama di sana. Kita perlu mendorong (inovasi) dan siapapun dapat melakukannya terutama di masa yang sulit ini,” tuturnya.