Suara.com - Temuan baru terkait hubungan antara infeksi jamur hitam, virus Corona Covid-19, dan diabetes diungkap oleh sekelompok dokter dari India.
Dalam penelitian yang terbit baru-baru ini, Dr Akshay Nair, seorang dokter mata yang juga peneliti, mengatakan bahwa ada infeksi jamur hitam dan Covid-19 yang melanda India berpotensi meningkatkan jumlah penderita diabetes di masa depan.
Menurut studi yang dilakukannya, 13 dari 127 pasien Covid-19 (sekitar 10 persen) untuk pertama kalinya mengalami diabetes. Rata-rata usia pasien adalah 36 tahun dan tidak pernah diberikan obat steroid ataupun oksigen tambahan saat menjalani perawatan Covid-19.
Di sisi lain, India telah melaporkan lebih dari 45.000 kasus infeksi jamur hitam yang menyerang mata, otak, dan hidung. Infeksi yang juga disebut mucormycosis ini diketahui rentan menyerang 12-18 setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Baca Juga: 3 Hal yang Sering Dianggap Sepele, Namun Bisa Jadi Gejala Diabetes Tipe 2
"Namun, pasien-pasien ini mengalami peningkatan gula darah. Ini membuat kami khawatir bahwa pada tahun-tahun mendatang akan terjadi wabah diabetes," kata Dr Akshay Nair, dilansir BBC.
Studi lain terhadap 555 pasien dari dua rumah sakit di Delhi dan Chennai (Madras) menemukan bahwa mereka yang telah didiagnosis diabetes setelah tertular Covid-19 memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki riwayat diabetes sebelumnya.
Dr. Anoop Misra, seorang ahli diabetes dan salah satu peneliti dalam studi ini, mengatakan bukti-bukti yang muncul tentang kaitan antara Covid-19 dan diabetes menunjukkan gambaran yang "kompleks".
Beberapa pasien baru didiagnosis menderita diabetes - menggunakan tes tingkat hemoglobin A1c, yang memberikan rata-rata tiga bulan pengukuran gula darah - saat mereka dirawat untuk Covid-19 di rumah sakit.
Ada kemungkinan pasien-pasien ini sudah menderita diabetes sebelumnya dan tidak pernah dites.
Baca Juga: Kenali Ragam Jenis Komplikasi Penyakit yang Berisiko Diidap Pasien Diabetes
Atau, mereka baru mengalami diabetes setelah diberikan steroid selama pengobatan.
Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa pasien mengalami kadar gula darah mereka kembali normal, sementara untuk yang lain, seperti Shah, mereka masih berada di atas kisaran tersebut.
"Penilaian kami adalah bahwa pasien seperti itu mungkin cenderung terkena diabetes karena obesitas dan riwayat keluarga," kata dr. Misra.
Kelompok pasien yang "lebih jarang" adalah mereka yang menderita diabetes parah karena virus corona merusak pankreas mereka. Pasien tersebut dapat memiliki diabetes tipe 1 (tubuh yang tidak dapat membuat insulin) dan tipe 2 (tubuh yang membuat terlalu sedikit insulin).
Pankreas, termasuk bagian yang membuat insulin, adalah target virus corona, menurut Prof Guy Rutter dari Imperial College London.
"Virus tampaknya menggunakan reseptor yang berbeda di pankreas daripada di bagian lain tubuh. Sejauh mana infeksi mereka berdampak langsung pada sel penghasil insulin dibandingkan badai sitokin masih diperdebatkan," kata Prof. Rutter.
Yang belum jelas ialah apakah diabetes "baru" pada pasien Covid-19 yang sudah pulih bersifat permanen.
"Saya menduga masalah besarnya dari perspektif India ialah dengan begitu banyak orang yang menderita diabetes, kemungkinan sakit parah dan kematian akibat Covid-19 jauh lebih tinggi daripada di negara-negara dengan beban penyakit yang lebih rendah," kata Prof Rutter.