Ini Sebab Kepatuhan Masyarakat Menjalankan Protokol Kesehatan Masih Rendah

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 18 Agustus 2021 | 09:00 WIB
Ini Sebab Kepatuhan Masyarakat Menjalankan Protokol Kesehatan Masih Rendah
Protokol Kesehatan di Kantor saat Karyawan Kembali Kerja. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski pandemi Covid-19 telah berlangsung lebih dari 1,5 tahun, namun edukasi terkait penyakit tersebut masih relatif rendah di beberapa masyarakat.

Salah contohnya ialah dengan penerapan protokol kesehatan 3M dan vaksinasi Covid-19. Hingga hari ini tingkat kepatuhan masyarakat dalam menggunakan masker masih relatif rendah.

Dikatakan Abdul Rahman Ma'mun, Divisi Jaringan dan Kerjasama Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK), edukasi dan literasi tentang Covid-19 harus sampai ke masyarakat di tingat paling mikro. Begitu juga pemerintah pusat bisa semakin gencar mengedukasi pemerintah daerah untuk mengedukasi penanganan Covid-19.

"Saya ambil contoh di Jawa, edukasi literasi ini bisa menggunakan istilah setempat dengan lebih baik, daripada ilmiah yang belum tentu dimengerti. Jadi bahasanya sederhana, bisa pakai ungkapan daerah," ujarnya dalam keterangannya yang diterima Suara.com, Rabu, (18/8/2021).

Baca Juga: Data Satgas COVID-19: 1,2 Juta Penduduk Indonesia Disuntik Vaksin COVID-19 Hari Ini

Polrestabes Makassar bersama TNI dan Satpol PP melakukan razia protokol kesehatan di perbatasan Kota Makassar. Warga yang terkonfirmasi positif langsung diarahkan untuk isolasi [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]
Polrestabes Makassar bersama TNI dan Satpol PP melakukan razia protokol kesehatan di perbatasan Kota Makassar. Warga yang terkonfirmasi positif langsung diarahkan untuk isolasi [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Ia mengatkan bahwa ini bukan tantangan yang mudah, terlebih dalam mengajak orang mengubah perilakunya.

"Jika mau melakukan perubahan perilaku maka pada akhirnya itu bisa menjadi ketahanan dalam diri kita sendiri. Itulah yang dibutuhkan," tambahnya.

Menurutnya, edukasi akan berjalan ketika diperkaya dengan melibatkan solidarity maker. Para pejabat daerah misalnya, pada situasi sekarang harusnya lebih berempati dalam melihat situasi.

"Jika ada orang-orang yang punya pengaruh besar ini dilibatkan akan lebih efektif. Mereka mudah menyatukan dan lebih empatik, karena di setiap daerah perilakunya juga berbeda-beda," jelasnya.

Belum lagi, saat ini juga banyak informasi keliru tentang Covid-19 yang kerap dikenal dengan infodemic. Penyebaran ini bahkan terkadang lebih gencar dibanding informasi yang tepat.

Baca Juga: Tak Cuma Saluran Pernapasan, COVID-19 Juga Bisa Serang Saraf Loh

"Praktiknya di masyarakat, kita informasi lewat WA grup, pada umumnya lebih sering dipercaya, semua merasakan, misalnya di WA Grup keluarga masing-masing."

"Orangtua kita saja kadang enggak percaya sama kita, dan lebih percaya informasi yang muncul di media sosial. Padahal kalau mau, kita bisa meringkas informasi yang benar dengan bahasa sederhana, akan lebih mudah diterima," terangnya.

Beberapa caranya dengan bicara soal pentingnya vaksinasi , informasi soal tes Covid-19 hingga terkait dengan isolasi mandiri.


"Jadi solidarity maker itu bisa dimulai dari keluarga. Kalau dapat link berita hoax, sebaiknya bisa cek kebenarannya dengan cara meringkas poin-poin penting yang mengacu berdasarkan sains, " tutupnya.

Senada, Wida Septarina dari Divisi Bidang Pemberdayaan Ekonomi FSK menambahkan, soal perubahan perilaku 3M ini, pendekatannya terhadap masyarakat praktiknya harus menyamakan persepsi.

"Edukasi 3M penting banget, persepsi harus sama, kesadaran harus dibangun oleh masyarakat di sekeliling kita."

"Karena masih banyak orang enggak percaya pakai masker, di Jakarta juga banyak. Jadi edukasi literasi publik ini penting," tambahnya.

Selain edukasi, dia juga mengajak para relawan untuk saling membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Misalnya para pekerja harian lepas yang pendapatannya tak menentu atau juga pada orang-orang yang isoman.

Bantuan pangan paling dibutuhkan masyarakat, karena mereka tak ada penghasilan untuk belanja. Wida menuturkan, misalnya saja di Foodbank Indonesia, organisasi yang kini juga dikelolanya, sejak pandemi sudah bergerak membantu masyarakat.

Foodbank Indonesia juga sudah bergerak di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Ambon, Sulawesi Selatan, hingga NTB,

Relawan bergerak memberi makan anak-anak, lansia hingga kaum duafa yang terdampak Covid-19. Menurutnya, masyarakat biasa ini tentu kesulitan cari pangan, apalagi ada PPKM.

"Menurut saya segala sesuatu harus gotong rotong, apalagi dalam menghadapi krisis yang menimpa bangsa. Maka untuk membantu keadaan ini saya ikut bertukar pikiran dan saya senang sekali bila bisa jadi bagian untuk membantu. Diharapkan forum ini bisa melengkapi, gerak bareng untuk membantu bangsa, sekaligus memberikan edukasi," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI