Menanggung Hidup 3 Generasi, Ini Tips Redakan Stres Untuk Generasi Sandwich

Selasa, 17 Agustus 2021 | 10:01 WIB
Menanggung Hidup 3 Generasi, Ini Tips Redakan Stres Untuk Generasi Sandwich
Ilustrasi Stres (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stres rentan dialami oleh generasi sandwich yang menanggung beban hidup tiga generasi sekaligus, yaitu dirinya sendiri, orangtua, dan
juga anak-anaknya.

Survei di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang terdiri dari usia 35-54 tahun, mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak juga orangtuanya.

Hampir 40 persen wanita generasi sandwich melaporkan tingkat stres yang ekstrem. Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak dan keluarga, namun juga memengaruhi kesejahteraan diri sendiri.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp. KJ., mengatakan, perlu strategi untuk menyeimbangkan peran bagi generasi sandwich agar tingkat stres dapat ditekan.

Baca Juga: 4 Manfaat Praktis Aglonema untuk Kehidupan, Meredam Stres Setelah Bekerja Seharian

"Generasi sandwich yang sehat secara fisik dan mental bisa mengoptimalkan kesehatan dan kesejahteraan tiga generasi, yaitu generasi dirinya, serta dua generasi lain yang dirawatnya," kata dokter Zulvia dalam keterangan tertulisnya kepada suara.com, Senin (16/8/2021).

Dokter di Rumah Sakit Pondok Indah itu membagikan beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres pada generasi sandwich, antara lain:

1. Meminta bantuan
Tidak jarang, generasi sandwich mengerjakan banyak hal seorang diri. Carilah bantuan untuk mengerjakan beberapa tugas rumah tangga, pengaturan pengurusan anak dan orang tua, dan lainnya. Meminta bantuan bukanlah sebuah tanda kelemahan, namun kekuatan diri dalam hal mengelola tugas yang perlu dikerjakan.

2. Luangkan waktu untuk diri sendiri (me time)
Kesibukan menjalankan peran mengurus dua generasi kadang membuat seorang perempuan generasi sandwich tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Ambil waktu khusus untuk melakukan hal bagi diri sendiri, misalnya mengerjakan hobi atau sekedar bersantai, dan memanjakan diri.

3. Adakan pertemuan keluarga
Pertemuan keluarga dapat menjadi suatu wadah untuk saling mencurahkan isi hati serta memberi dukungan satu sama lain. Pertemuan keluarga juga dapat digunakan untuk mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi dan bersama fokus mencari solusi.

Baca Juga: Pikiran sedang Mumet? Usir Stres dan Raih Tenang dengan 5 Tips Ini

Hal ini juga dapat meningkatkan kedekatan antar anggota keluarga dan memperkuat dukungan sosial bagi generasi sandwich. Menurut penelitian Kusumaningrum (2018), semakin tinggi persepsi dukungan sosial, maka semakin rendah beban pengasuhan yang dirasakan oleh generasi sandwich.

Pada kondisi pandemi saat ini, pertemuan keluarga dapat dilakukan melalui daring. Hal ini tidak mengurangi rasa keintiman yang ada di tengah keluarga.

4. Pertahankan komunikasi yang baik
Saat lelah dan stres, pola komunikasi dapat sangat terpengaruh dan cenderung mengarah pada pola komunikasi yang lebih emosional. Ketika pola komunikasi diwarnai ketidaknyamanan dan konflik, tingkat stres cenderung meningkat.

Pelajari cara komunikasi yang asertif dan baik untuk tetap menjaga suasana tenang dan nyaman dalam menjalankan peran sebagai generasi sandwich.

5. Lepaskan kendali
Sesekali, lepaskan kendali terhadap segala sesuatu. Perfeksionisme dapat menghasilkan stres yang lebih tinggi. Pelajari cara untuk tidak selalu mengatur semua hal di kehidupan. Lakukan delegasi atau menyerahkan tugas tertentu pada orang lain.

6. Nikmati momen yang ada
Upayakan untuk dapat menikmati momen yang dimiliki saat ini. Nikmati peran dalam merawat anak dan melihat pertumbuhan serta perkembangan anak, serta nikmati peran dalam merawat orang tua sebagai wujud kasih sayang dan bakti pada orang tua. Buatlah setiap momen menjadi berharga di kehidupan Anda dan keluarga.

"Apabila berbagai cara meredakan stres di atas telah dilakukan, tetapi Anda tetap merasa tertekan atau depresi, serta tidak dapat menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari dengan baik, sebaiknya lakukan konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan mental seperti psikolog klinis atau psikiater (dokter spesialis kedokteran jiwa). Psikiater akan membantu Anda meredakan ketegangan dan mengelola perasaan yang dialami," tutur dokter Zulvia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI