Nafsu Makan Tiba-tiba Meningkat, Benarkah Tanda Sedang Depresi?

Minggu, 15 Agustus 2021 | 13:12 WIB
Nafsu Makan Tiba-tiba Meningkat, Benarkah Tanda Sedang Depresi?
ilustrasi makan. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meningkatnya nafsu makan bisa terjadi ketika seseorang mengalami stres berat. Lalu, benarkah peningkatan nafsu makan juga merupakan tanda depresi

Klinis Ida Bagus Jendra mengatakan banyak makan bisa menjadi salah satu cara bagi beberapa orang untuk meredakan stres. Jika kondisi itu terjadi hingga lebih dari dua minggu, kemungkinan besar berdampak jadi tanda depresi ringan.

Ia menjelaskan sebelum berkembang menjadi depresi, stres sebenarnya reaksi alami dari tubuh dalam merespon tekanan. Reaksi tersebut bisa menimbulkan gejala fisik seperti sering pusing, tertekan pada area pundak atau leher belakang, mudah lelah, hingga kehilangan konsentrasi.

"Kalau itu memang sudah menetap, kita bisa melihat apakah ini bisa menjadi kondisi yang lebih serius," kata Bagus dalam siaran langsung Instagram, Sabtu (14/8/2021).

Baca Juga: Pernah Alami Masalah Perut saat Merasa Cemas atau Khawatir? Simak Penjelasannya

Ilustrasi depresi (Pixabay)
Ilustrasi depresi (Pixabay)

Akan tetapi, nafsu makan yang meningkat tidak selalu menjadi tanda awal depresi. Sebab, Bagus menjelaskan, perlu dilihat jenis makanan yang dikonsumsi tersebut.

Jika makanan yang dikonsumsi bisa menimbulkan penyakit tertentu, kemungkinan bisa menjadi tanda depresi karena ada kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri.

"Misalnya punya mag, tapi ingin makanan pedas, minum kopi yang banyak, sengaja telat makan. Makan itu jadi bagian dari usaha menyakiti diri sendiri, itu mungkin kondisinya yang lebih serius," jelasnya.

"Tapi kalau misalnya makanan itu dimakan untuk meningkatkan mood, itu reaksi yang wajar, dianggap sebagai self care karena nggak nyaman dengan pekerjaan," imbuh Bagus.

Ia menyampaikan bahwa depresi tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan satu pertanyaan dan satu gejala.

Baca Juga: Studi: Depresi Pasca Melahirkan Picu Masalah Kesehatan Mulut pada Anak

"Harus gali lagi apa yang ada dalam pikirannya, ada keluhan lain atau enggak," terangnya.

Dalam mengatasi depresi, Bagus menyarankan, cara pertama adalah dengan mengenali sumber stres. Lalu identifikasi penyebab stres itu untuk diatasi atau diselesaikan.

Ia mengingatkan, jangan pernah menyelesaikan depresi seorang diri. Seseorang dengan depresi harus mendapatkan pendampingan dari orang terdekat agar mendapatkan perspektif lain terkait masalahnya.

Jika tanda depresi semakin berat, salah satunya ditandai dengan kecenderungan menyakiti diri sendiri, maka harus segera mendapatkan bantuan profesional melalui psikolog maupun psikiater.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI