Virus Marburg Sangat Mudah Merebak, Begini Cara Penularannya

Jum'at, 13 Agustus 2021 | 09:30 WIB
Virus Marburg Sangat Mudah Merebak, Begini Cara Penularannya
Ilustrasi virus Marburg. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah kekhawatiran virus corona Covid-19 dan ancaman infeksi jamur hitam, India menemukan virus Marburg di Guinea, Afrika Barat. Virus Marburg itu menginfeksi seorang pria hingga meninggal dunia dan menyebarkannya ke 155 orang lainnya.

Para ahli percaya bahwa virus Marburg itu mirip dengan vaksin Ebola, yang tingkat risiko kematiannya 88 persen dan belum ada obat khusus untuk mengatasinya. Hal ini pastinya menimbulkan kekhawatiran, karena virus Marburg mungkin bisa menyebar lebih luas.

Kini, otoritas kesehatan di Afrika Barat memantau 155 orang yang telah melakukan kontak dengan pria tersebut. Sebelumnya, pria yang terinfeksi virus Marburg itu meninggal dunia di Gueckedou, Guinea Tenggara yang juga merupakan lokasi wabah Ebola Afrika Barat 2014-2016.

Potensi penularan virus antara koloni kelelawar dan manusia juga meningkatkan risiko penyebaran lintas batas. Hal ini menunjukkan risiko tinggi di tingkat nasional yang membutuhkan tanggapan segera dan terkoordinasi dengan dukungan dari mitra internasional.

Baca Juga: Studi Baru: Virus Corona Varian Lambda 'Kebal' Terhadap Vaksin

Ilustrasi virus Marburg (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Marburg (Dok. Envato)

Awal mula virus Marburg

Perlu dipahami bahwa virus Marburg dan virus Ebola cukup terkait erat. Kedua virus itu ditularkan antara manusia biasanya melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

Tingkat kematian virus Marburg dalam wabah di masa lalu juga bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen dari orang-orang yang terinfeksi. Satu-satunya perbedaannya dengan virus Ebola, virus Marburg belum ada obat dan vaksin khusus.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilansir dari Times of India, virus Marburg termasuk virus yang sangat menular dan menyebabkan demam berdarah. Dua wabah besar yang terjadi secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt pada tahun 1967 menyebabkan penyakit tersebut.

Wabah itu dikaitkan dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika yang diimpor dari Uganda. Awalnya, infeksi virus Marburg pada manusia merupakan hasil dari kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Baca Juga: Mengenal Virus Corona Varian Eta: Seberapa Besar Risiko Penularannya?

Setelah seseorang terinfeksi virus Marburg, ia bisa menularkannya dari manusia ke manusia melalui kontak langsung, seperti luka pada kulit, lendir, sekresi, darah dan permukaan yang terkontaminasi.

Ilustrasi pasien virus Marburg (Unsplash)
Ilustrasi pasien virus Marburg (Unsplash)

Gejala virus Marburg

Masa inkubasi virus Marburg sendiri bervariasi dari 2 hingga 21 hari. Gejala awal infeksi virus Marburg, termasuk demam tinggi, sakit kepala parah dan malaise parah. Nyeri otot dan sendi juga termasuk dalam gejala umum kedua virus Marburg.

Beberapa orang juga bisa mengalami kram perut, diare berair yang parah, dan mual pada hari ketiga. Tapi, diare akibat virus Marburg biasanya bisa bertahan selama seminggu.

Selain itu, virus Marburg juga bisa mengubah penampilan pasien, muali dari mata terlihat cekung, lesu ekstrem, dan wajah tanapa ekspresi. Pada kasus infeksi virus Marburg yang fatal, penderita bisa mengalami pendarahan di beberapa area.

Pendarahan akibat virus Marburg ini bisa keluar bersamaan dengan feses, pendarahan pada gusi dan hidung, serta vagina. Penderita juga bisa mengalami kebingungan, mudah marah dan agresif akibat virus memengaruhi sistem saraf pusat.

Pada kasus infeksi virus Marburg paling parah, penderita bisa meninggal dunia pada hari ke-8 atau ke-9 setlah timbulnya gejala di atas.

Pengobatan virus Marburg

Sayangnya, sekarang ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk virus Marburg. Tapi, perawatan sedini mungkin bisa membantu melawan virus Marburg, seperti rehidrasi dan pengobatan simtomatik yang meningkatkan peluang pasien bertahan hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI