Suara.com - Sesak napas membuat Anda tak nyaman. Meski Anda berjuang menarik napas panjang, tapi rasanya paru-paru Anda tak kunjung mendapat cukup oksigen. Apa penyebabnya?
Dalam beberapa kasus, sesak napas bukanlah keadaan darurat. Tapi, sesak napas juga bisa menjadi tanda suatu kondisi yang mengancam jiwa.
Ketahui lebih jauh kondisi apa saja yang dapat menyebabkan sesak napas. Ini dia selengkapnya, seperti dilansir dari Insider.
1. Reaksi alergi
Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan terhadap pemicu alergi atau alergen, misalnya tungau debu, serbuk sari, dan bulu hewan peliharaan. Sebagian orang juga bisa mengalami reaksi alergi terhadap makanan tertentu, seperti susu, ikan, udang, atau kacang.
Baca Juga: Gejala Covid pada Ibu Hamil dari Ringan, Sedang hingga Berat
"Reaksi alergi dapat menyebabkan tenggorokan menegang yang menciptakan kesulitan bernapas," kata Troy Madsen, MD, seorang profesor emergency medicine di University of Utah.
Jenis reaksi ini, yang disebut anafilaksis, relatif umum terjadi. Meski begitu, jika Anda mengalami sesak napas yang disebabkan oleh alergi, ada baiknya untuk segera ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Meski jarang terjadi, reaksi alergi juga dapat menyebabkan tenggorokan Anda tertutup sepenuhnya dan menyebabkan kematian.
2. Bekuan darah di paru-paru
Emboli paru adalah kondisi serius yang mengancam jiwa yang terjadi ketika gumpalan darah mengalir ke arteri pulmonalis dan menghalangi aliran darah ke paru-paru.
Emboli paru menurunkan aliran darah ke paru-paru, sehingga mengurangi jumlah darah yang dapat dioksigenasi untuk menyediakan oksigen bagi seluruh tubuh. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan sesak napas.
Seiring dengan sesak napas, Anda akan merasakan nyeri dada yang semakin parah dan batuk lendir berdarah. Orang yang berusia di atas 40 tahun lebih mungkin mengalami emboli paru. Begitu juga orang yang baru saja menjalani operasi dan orang dengan kondisi autoimun.
Baca Juga: Atasi Sesak Napas Saat Isolasi Mandiri, Ini 7 Cara Senam Pernapasan untuk Pasien Covid-19
3. Serangan cemas
"Kecemasan sering menyebabkan detak jantung yang cepat, yang dapat menyebabkan sensasi sesak napas," kata Madsen.
Kecemasan adalah masalah umum, di mana hampir satu dari lima orang dewasa memiliki gangguan kecemasan dan lebih dari satu dari sepuluh orang mengalami serangan kecemasan setiap tahun.
Beberapa gejala lain dari serangan kecemasan adalah gemetar, merasa mual, berkeringat, ketakutan yang intens, serta merasa pusing atau ingin pingsan.
Cara cepat dan mudah untuk meredakan sesak napas akibat serangan cemas adalah dengan bernapas ke dalam kantong kertas.
Atau, jika Anda termasuk orang yang sering mengalami serangan cemas, Anda bisa mengonsumsi obat yang diresepkan seperti Xanax.
"Dalam kasus serangan panik yang parah, seseorang mungkin perlu pergi ke IGD untuk mendapatkan obat ini," kata Madsen.
4. Serangan jantung
Sesak napas juga bisa menjadi tanda peringatan serangan jantung, bersama dengan gejala lain seperti kelelahan dan keringat dingin.
"Serangan jantung dapat menyebabkan sesak napas karena otot jantung terpengaruh, dan mungkin tidak dapat mengirimkan darah secara memadai ke tubuh," kata Madsen.
Ketika paru-paru Anda tidak mendapatkan cukup darah, Anda mungkin tidak mendapatkan cukup oksigen dan paru-paru Anda tidak akan berfungsi dengan baik.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, sekitar 800.000 orang Amerika mengalami serangan jantung setiap tahun. Pria di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun berada pada risiko terbesar, bersama dengan orang-orang yang merokok atau memiliki tekanan darah tinggi.
Jika Anda merasa mengalami serangan jantung, segeralah pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
5. Tanda awal kehamilan
Selama beberapa minggu pertama setelah Anda hamil, tubuh Anda mulai memproduksi lebih banyak hormon progesteron. Saat kadar progesteron Anda meningkat, Anda secara alami mulai bernapas lebih cepat, yang dapat membuat Anda merasa sesak napas.
Selain itu, saat hamil, rahim Anda tumbuh lebih besar dan dapat memberi tekanan pada diafragma, yang dapat menyebabkan sensasi sesak napas secara bertahap, demikian dikatakan Madsen.
Dalam kebanyakan kasus, sesak napas tidak berbahaya dan akan hilang setelah kehamilan. Namun, sesak napas yang parah dan tiba-tiba pada kehamilan harus menjadi alarm bagi Anda untuk segera ke rumah sakit. Hal ini karena kehamilan dapat meningkatkan risiko pembekuan darah di paru-paru Anda.