Suara.com - Pemberian air susu ibu alias menyusui ASI selama 6 bulan pertama kehidupan disarankan oleh dokter agar bayi mendapatkan potensi tumbuh kembang maksimal.
Nah, dokter mengingatkan persiapan menyusui bahkan sudah bisa dilakukan sejak ibu hamil memiliki usia kandungan 16-22 minggu. Bagaimana caranya?
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Nisa Fathoni, SpOG, IBCLC menyarankan para wanita mencari informasi dan membekali diri mengenai menyusui sejak masa kehamilan, salah satunya mengenai kapan ASI keluar.
Proses laktogenesis yakni persiapan pengeluaran ASI dimulai sejak 16 – 22 minggu, tetapi hormon progesteron menahan ASI untuk tidak keluar terlebih dahulu sebelum bayi lahir. Setelah bayi lahir dan hormon progesteron turun barulah ASI dapat keluar.
Baca Juga: 226 Ibu Hamil di Kulon Progo Terpapar Covid-19, 3 Meninggal Dunia
ASI baru keluar di fase laktogenesis kedua yaitu kurang lebih 20 – 30 jam pasca persalinan. Pada dasarnya ASI baru akan keluar ketika ada rangsangan hisapan bayi. Sehingga ibu jangan panik dan sedih terlebih dahulu jika ASI tidak langsung keluar.
Ketika hamil dan menyusui tubuh ibu pun menyesuaikan tahapan tersebut.
Dari sisi produksi, jumlah ASI yang keluar pada awalnya memang cenderung lebih sedikit, karena menyesuaikan kapasitas lambung bayi yang baru lahir yang dapat menerima cairan sebanyak 5 – 7 ml. Namun seiring dengan bertambahnya usia dan kebutuhan anak, produksi ASI pun terus bertambah.
Begitu pula dengan frekuensi pemberian ASI. Pada bayi usia 0-6 bulan, sebaiknya berikan ASI sesuaikan dengan siklus dan kapanpun bayi membutuhkan, namun biasanya 8-12 kali dalam sehari.
Sementara bayi setelah berusia 6 bulan sudah disarankan untuk mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI akan diberikan disela-sela pemberian MPASI. Presentase perbandingan pemberian ASI dan MPASI untuk anak usia 6 diatas yakni 70 persen dan 30 persen. Sedangkan untuk anak usia 1 tahun keatas antara ASI dan MPASI sekitar 30 persen dan 70 persen.
Baca Juga: Puluhan Ibu Hamil Suspect COVID-19 di Kediri Ditangani Ketat
Informasi yang perlu juga ibu tahu mengenai menyusui yakni perbedaan foremilk dan hindmilk. Seperti dikutip dari siaran pers Mothercare, foremilk ialah ASI yang keluar di awal sesi menyusui, kaya akan laktosa, rendah lemak dan memiliki konsistensi yang cair.
Sedangkan hindmilk yakni ASI yang keluar di saat sesi menyusui akan berakhir, mengandung lebih banyak kalori dan lebih kental. Meski sedikit berbeda, keduanya memiliki peran yang sama pentingnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil.
Namun, ketidakseimbangan foremilk dan hindmilk dapat mengganggu pencernaan dan pertumbuhannya. Ibu bisa berkonsultasi dengan dokter anak dan konselor ASI bila mengalami masalah ketidakseimbangan ini.
Di sisi lain, ada mitos yang masih ada seputar menyusui yakni ibu dengan flat nipple tidak dapat menyusui. Pernyataan ini dapat dipatahkan dengan menggunakan metode AMUBIDA yang merupakan akronim dari Aryola sebagian besar masuk dan bagian atas lebih terlihat dari bagian bawah, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir terpuntir keluar dan Dagu bawah menempel ke payudara ibu.
Selama menyusui, ibu perlu tahu pentingnya konsumsi makanan dengan nutrisi seimbang untuk hasil ASI yang maksimal. Ibu harus mencukup gizi dan nutrisi selama kehamilan dan menyusui.
Ibu tetap makan 3 kali sehari yang sesuai dengan panduan piring makan dan ditambah dengan 2 kali makanan selingan yang banyak mengandung protein. Tak lupa minum air sebanyak 2,5-3 liter setiap harinya. Bila kesulitan mendapatkan asupan vitamin dari makanan, ibu dapat mengkonsumsi vitamin tambahan atau suplemen.
Dari sisi alat untuk menunjang menyusui, ibu bisa memanfaatkan alat pumping untuk pemberian ASI yang maksimal. Menyusui secara langsung memiliki banyak manfaat salah satunya membangun bonding antara ibu dan anak. Namun, ada beberapa situasi yang mengharuskan Ibu memompa ASI demi membantu menjaga kelancaran proses menyusui.
Terakhir, gunakan bra menyusui yang nyaman dan berkualitas. Bra khusus menyusui memang terlihat hampir sama dengan bra pada umumnya. Namun, bra menyusui dapat memberikan kenyamanan dan dukungan bagi payudara yang semakin besar dan sensitif selama menyusui. [ANTARA]