Suara.com - Kasus Covid-19 di China kembali mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Lonjakan kasus positif terjadi di negara pertama yang terjangkit wabah virus corona itu setelah ditemukan klaster di ibu kota Beijing.
Para ahli memperkirakan lonjakan kasus terjadi akibat sebaran virus corona varian delta.
Media pemerintah menyebutkan wabah saat ini kembali memicu penguncian lokal, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan.
Baca Juga: Bupati Probolinggo Marah, Minta Polisi Usut Tuntas Insiden Bongkar Peti Jenazah Covid-19
Pada Selasa (10/8), otoritas kesehatan China melaporkan 143 infeksi virus corona baru, 108 kasus baru di antaranya ditularkan secara lokal. Puluhan kasus lainnya berasal dari situs pengujian Covid-19 di kota Yangzhou timur.
Penambahan kasus baru itu menjadi yang terbanyak sejak Januari lalu ketika negara itu mencatat 144 kasus baru dan 126 infeksi domestik, sebagian besar di wilayah utara.
Sebagai tanda kecemasan atas wabah yang relatif kecil, beberapa pejabat telah mengeluarkan peringatan karena salah menangani pengujian massal, menurut otoritas kota hal tersebut memungkinkan penyebaran virus makin luas.
Otoritas kota Yangzhou juga menuding, sejumlah kecil anggota dan kader partai belum menjalankan tugas penanganan Covid-19 dengan baik.
Lonjakan baru Covid-19 di China dimulai setelah ditemukan klaster petugas kebersihan bandara di kota Nanjing, sehingga memicu rantai kasus di seluruh negeri.
Baca Juga: Satgas: Ibu Hamil dan Menyusui Sudah Boleh Divaksin Covid-19
Pihak berwenang sekarang bekerja keras untuk kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat dalam mengembalikan pengendalian wabah.
"Kami telah berhasil mengatasi epidemi di Guangzhou, dan epidemi di Nanjing secara bertahap dikendalikan," kata spesialis penyakit menular Zhang Wenhong, dikutip dari Channel News Asia.